TEMPO.CO, Bekasi - Tempat Pembuangan Akhir atau TPA Sampah Burangkeng milik Pemerintah Kabupaten Bekasi di Desa Burangkeng, Kecamatan Setu, ditutup warga sejak Senin, 4 Maret 2019. Warga menuntut kompensasi bau sampah. Akibatnya, sampah yang ada di lingkungan dan pasar menumpuk dan tak bisa diangkut untuk dibuang ke TPA tersebut.
Baca juga: TPA Burangkeng Overload, Kabupaten Bekasi Cari Lahan Baru
"Satu-satunya TPA milik kami ada di Burangkeng. Karena ditutup, kami tak bisa buang sampah," kata Kepala Bidang Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi, Dodi Agus Supriyanto, Kamis, 7 Maret 2019.
Akibat penutupan tersebut, Pemerintah Kabupaten Bekasi kelimpungan atau kebingungan. Menurut dia, ratusan truk sampah tak bisa beroperasi mengangkut sampah. Karena itu, menurut dia, masyarakat mulai banyak yang komplain. "Laporan sudah banyak yang masuk karena sampah tidak diangkut," ujar Dodi.
Dodi memperkirakan ada sekitar 2.500 ton sampah di lingkungan masyarakat dan pasar belum diangkut. Instansinya mencoba membuang ke TPST Bantargebang milik Pemerintah DKI Jakarta. "Tapi, tidak bisa dilakukan karena belum ada kerja sama," ujar Dodi.
Baca Juga:
Adapun pembuangan ke TPA Sumur Batu milik Pemerintah Kota Bekasi juga tak bisa dilakukan. Sebabnya, menurut dia, Pemerintah Kota Bekasi juga sendiri sedang dipusingkan dengan persoalan sampah, terutama di TPA Sumur Batu. "Tidak mungkin juga kami membuang ke sana, apalagi ke Karawang," ujar dia.
Karena itu, menurut dia, instansinya meminta kebijakan dari pemerintah desa Burangkeng untuk meredam konflik di lapangan. Sehingga, masyarakat Kabupaten Bekasi tak dirugikan akibat sampah tak dapat diangkut. "Saya minta kearifan aparat desa, agar TPA dibuka sementara," ujar Dodi.
Tokoh masyarakat Burangkeng, Mintar Nandum, meminta pemerintah daerah segera merespon tuntutan warga yang terdampak keberadaan TPA Burangkeng. "Selama 23 tahun kami di sini cuma dapat baunya. Sementara masyarakat terus mengeluh bau dan penyakit," kata Mintar.
Baca juga: Kali di Bekasi Rawan Tumpukan Sampah, Ini Penyebabnya
Karena itu, menurut dia, warga Burangkeng mengancam menutup permanen TPA Sampah Burangkeng jika pemerintah daerah tak memberikan perhatian. "Dengan tak ada TPA, kampung ini akan bersih dan indah. Tapi, adanya TPA itu masyarakat menerima bau sampah, sedangkan lingkungan samakin tercemar," ujarnya.