TEMPO.CO, Bekasi - Ratusan sopir truk sampah di Kabupaten Bekasi terpaksa menganggur setelah tempat pembuangan akhir atau TPA Burangkeng ditutup oleh masyarakat setempat. Penutupan itu buntut dari protes masyarakat atas keberadaan TPA.
Baca: TPA Burangkeng Ditutup Warga, Kabupaten Bekasi Kelimpungan
"Kalau kami narik (mengangkut sampah), takut ada kejadian yang tidak diinginkan," kata Ahmad Nursidik, sopir truk sampah, Jumat, 8 Maret 2019.
Ahmad biasanya mengangkut sampah dari Pasar Lemahabang di Cikarang Utara. Semenjak TPA Burangkeng ditutup, pedagang pasar protes karena sampah menumpuk dan belum ada yang mengangkut. Sidik akhirnya menjelaskan kondisi di titik pembuangan.
"Saya perlihatkan foto dan video penutupan TPA," kata pekerja harian lepas di bawah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi ini.
Semenjak penutupan itu pula, Sidik kini menganggur. Truk sampah yang biasa dia operasikan kini hanya terparkir di depan rumahnya di Desa Burangkeng. Padahal, pendapatannya sekarang hanya mengandalkan dari pekerjaannya menjadi sopir truk sampah. "Kemungkinan honor dipotong," ujar Sidik.
Yodi, kenek truk sampah di Kabupaten Bekasi juga demikian. Dia berhenti mengambil sampah sejak Senin lalu. "Warga sudah banyak yang teriak, tapi bagaimana lagi, tidak bisa buang," ujar pria yang biasa mengangkut sampah di perumahan kawasan Cibitung.
Baca: 4 Warga Tutup TPA Burangkeng Bekasi, 120 Truk Sampah Tertahan
Di sisi lain, Yodi mendukung aksi warga yang menutup TPA Burangkeng. Sebab, Yodi menjadi bagian orang terkena dampak lingkungan adanya TPA tersebut. Selama ini, kata dia, tak ada perhatian dari pemerintah. "Saya mendukung aksi penutupan, agar ada kompensasi bagi warga terdampak," ucapnya.