TEMPO.CO, Jakarta - Polres Metro Jakarta Barat mencatat ada 25 kelompok geng motor yang meresahkan masyarakat di wilayahnya per Februari 2019. Sebanyak 61 orang dari 8 geng motor di antaranya pernah ditangkap karena kejahatan jalanan maupun tawuran yang mereka lakukan.
Baca:
Geng Motor Belanja 'Cabe-cabean' Usai Membunuh, Kapolres Menangis
Geng motor yang sudah ditangkap di antaranya Basmol (barisan manusia oleng), Swiss (sekitar wilayah slipi), Garjok (garden pojok), Gabores (gabungan bocah rese), dan Israel (istana sekitar rel). Kriminalitas yang mereka lakukan tak sekadar tawuran, tapi juga pencurian dengan kekerasan, bahkan pembunuhan.
Ini seperti yang terjadi terhadap Ahmad Al Fandri, di Tanjung Duren pada 5 Februari lalu. Polisi meringkus sebanyak 14 anggota geng motor tersangka pelakunya. Mereka terdiri dari beberapa geng motor di antaranya basmol, swiss, garjok, dan israel.
Contoh lainnya adalah kasus pembunuhan yang dilakukan oleh geng motor di Jalan Tanah Sereal Raya, Tambora, Jakarta Barat pada 20 Januari 2019. Korbannya, Adam Ilham. Polisi menangkap 12 tersangka pelaku anggita geng motor itu.
Baca:
Fakta Geng Motor: Kehormatan dan Jatah 'Cabe-cabean' Bisa Nambah Jika ..
Peristiwa terbaru adalah 4 Maret 2019. Tindak pidana pencurian dan pembunuhan disangka dilakukan tiga anggota geng motor Gabores di Jalan Daan Mogot. Korban adalah Ivan Surya Saputra yang sedang berjalan kaki usai menonton acara dangdut pada dinihari.
Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Barat Komisaris Besar Hengki Haryadi (dua dari kiri) memegang salah satu senjata yang digunakan oleh anggota geng motor saat konferensi pers di kantornya, Selasa, 19 Februari 2019. Tempo/M Yusuf Manurung
Kapolres Metro Jakarta Barat, Komisaris Besar Hengki Haryadi mengatakan, anggota geng motor sanggup menganiaya korban hingga tewas karena pengaruh dari obat-obatan. Hampir seluruh pelaku, ujar Hengki, memakai narkoba dan obat daftar G seperti tramadol.
Baca:
Pengakuan Geng Motor: Tak Ada Lawan, yang Ada di Tempat Disikat
Hengki mengaku sedih karena mendapati para pelaku geng motor yang kebanyakan masih remaja itu kerap tak jera setelah ditangkap polisi. Mereka disebutkannya malah mencari status dan kebanggaan dari setiap penangkapan karena pelanggaran yang dilakukan.