TEMPO.CO, Jakarta -Warga membanjiri Stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia untuk ikut uji coba Ratangga pada Sabtu, 16 Maret 2019.
Agung Prabowo, 42 tahun, salah satu penumpang yang membawa keluarganya di akhir pekan ini untuk ikut mencoba MRT Jakarta.
Baca : Menguji Integrasi MRT dari Rumah Anies ke Balai Kota
Agung terkesan dengan fasilitas MRT Jakarta yang saat ini sedang diuji publik. Menurut dia, kereta MRT cukup bagus dan rapih. "Saya harap kedepan harus dipertahankan seperti ini," kata Agung yang membawa istri dan kedua anaknya.
Agung naik dari Stasiun Bendungan Hilir di dekat rumahnya. Dari Stasiun Bendungan Hilir, ia melanjutkan perjalanan ke Stasiun Lebak Bulus dan kembali ke Stasiun Bundaran HI.
Menurut Agung, waktu tempuh perjalanan dari rumahnya ke Lebak Bulus sampai kembali ke Bundara HI cukup cepat karena hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam. "Waktu tunggu keretanya juga cepat."
Bahkan, kata dia, MRT Jakarta lebih baik dari kereta sejenis yang ada di Singapura dan Bangkok, Thailand. "Saya pernah naik MRT di du negara itu. MRT Jakarta jauh lebih baik menurut saya dari segi fasilitas dan sarananya."
Selain itu, untuk harga, menurut dia, juga sudah cukup murah jika diusulkan Rp 10 ribu per 10 km. Harga yang diusulkan sudah sebanding dengan fasilitas dan kenyamanan. "Di luar negeri juga setara Rp 10 ribu. Harga ini sudah termasuk murah karena MRT Jakarta jauh lebih bagus."
Simak juga :
Uji Coba MRT, Kritik Warga: Di dalam Bagus, Begitu Keluar...
Warga lainnya, Vivian, 37 tahun, mengatakan hal yang sama. Menurut dia, fasilitas yang disediakan MRT sudah sangat baik. "Sekarang masih bersih. Jadi nyaman."
Keberadaan MRT Jakarta, kata dia, telah menjadi sarana transportasi alternatif bagi warga ibukota. Ia berharap kebersihan dan kenyamanan kereta dan stasiunnya bisa terus dijaga.
Indonesia, kata dia, harus mencontoh negara lain yang bisa mempertahankan kenyamanan transportasi publiknya seperti Jepang; Sydney, Australia, Hongkong dan Singapur. Vivian mengatakan pernah menaiki MRT di negara tersebut yang masih tetap nyaman meski sudah beroperasi cukup lama. "Yang saya khawatir Indonesia tidak bisa merawatnya."