TEMPO.CO, Bekasi - PT. Jasa Marga Tbk memberi ongkos kepada 4.715 penumpang kereta rel listrik (KRL) Commuter Liner di hari pertama program "Senin Diongkosin Jasa Marga," Senin, 18 Maret 2019. Jumlah itu merupakan akumulasi dari tiga stasion di Bekasi.
Baca juga: BPTJ Akan Luncurkan Bus Permukiman Jabodetabek, Ini Rutenya
Berdasarkan data PT. Jasa Marga di hari pertama penumpang paling banyak diongkosi berada di Staiun Bekasi mencapai 3.168 orang, Stasiun Kranji 1.085 orang, dan Stasiun Cikarang 462 orang.
AVP Corporate Communication PT Jasa Marga Dwimawan Heru mengatakan, program ini hanya diberlakukan pada jam-jam padat atau rush hour, yakni pada pukul 05.00-09.00 WIB dan sore pukul 16.00-20.00 WIB. "Setiap hari Senin, hanya berlaku untuk satu nomor Kartu Multi Trip (KMT)," kata Dwimawan, Selasa, 19 Maret 2019.
Kepala Stasiun Bekasi, Endarno mengatakan, ada peningkatan penumpang yang melakukan top up KMT di stasiun Bekasi dibanding hari Senin sebelumnya. "Jam sibuk pagi meningkat 400 penumpang," kata Endarno.
Senin sebelumnya, pada pukul 04.30 hingga pukul 08.45 WIB jumlah penumpang yang top up KMT sebanyak 1.200 orang, namun pada Senin kali ini dalam periode yang sama jumlah penumpang top up kartu tersebut mencapai 1.600 orang. "Tapi, kalau untuk penumpang masih sama dibandingkans sebelumnya," kata dia.
Sejumlah penumpang mengaku senang. Namun, umumnya mereka adalah pengguna KRL, bukan pindahan dari angkutan umum atau pribadi yang menggunakan jalan tol. "Lumayan sampai April diongkosin setiap Senin," ujar Ayu, warga Bekasi Jaya, Bekasi Timur.
Ada pula yang mengkritik kebijakan memberikannya subsidi. Alasannya, pengguna kereta commuter line setiap hari sudah sesak. Dikhawatirkan, adanya program itu selama dua bulan ke depan malah semakin menambah kepadatan di dalam gerbong. "Seharusnya bukan kereta, karena penumpang sudah penuh," kata pengguna KRL asal Rawalumbu, Yusuf.
Baca juga: BPTJ: Ganjil Genap di Tol Cikampek Solusi Paling Cepat
Program Senin diongkosin Jasa Marga untuk memindahkan pengguna kendaraan di Tol Jakarta-Cikampek yang macet akibat pembangunan jalan tol. Menurut Yusuf, program itu lebih tepat diberlakukan untuk angkutan bus di sekitar gerbang tol. "Dipindah ke KRL justru menambah beban," ujar dia.