TEMPO.CO, Jakarta - Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Timur mencatat ada empat lokasi banjir yang tersebar di kawasan Jakarta Timur. Kepala Sudin SDA Jakarta Timur Mustajab mengatakan titik banjir tersebut tersebar di kawasan Cibubur, Cipinang Melayu, Kampung Melayu dan Komodor Halim.
"Banjir di kawasan tersebut bisa sampai ketinggian 1-2 meter," kata Mustajab saat dihubungi Tempo, Selasa, 26 Maret 2019.
Baca: Anies Ingin Naturalisasi, Normalisasi Sungai di DKI Mandek
Mustajab menuturkan tiga lokasi banjir selain kawasan Komodor Halim, terjadi karena kiriman limpahan air dari kota penyangga DKI, seperti Depok dan Bogor. Contohnya, kata dia, kawasan Cipinang Melayu. Banjir di sana imbas kiriman air yang membuat Kali Sunter meluap.
Sedangkan, di kawasan Cibubur, banjir biasanya terjadi akibat luapan Kali Cipinang dan banjir di Kampung Melayu imbas luapan Kali Ciliwung. "Kampung Melayu paling parah. Terutama yang ada di belakang Kelurahan Kampung Melayu," kata Mustajab.
Baca: BPBD Petakan Pergeseran Lokasi Rawan Banjir di Jakarta
Menurut Mustajab, banjir di ketiga kawasan pinggir kali tersebut belum bisa dicegah sampai ada proses naturalisasi atau normalisasi sungai. Sejauh ini, proses naturalisasi di ketiga kawasan tersebut belum berjalan. "Untuk pengerukan ketiga kali itu menjadi kewenangan pemerintah pusat dalam hal ini BBWSCC (Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane)," ujarnya.
Untuk banjir di kawasan Komodor Halim, kata Mustajab, saat ini sedang dalam tahap lelang untuk pembuatan saluran. "Sudin Jaktim maksimal untuk mencegah banjir di kawasan Komodor yang menjadi kewenangan kami. Sekarang tahap kedua proyeknya sudah proses lelang," ujarnya.
Sebelumnya, banjir atau genangan air terjadi di wilayah Jakarta Timur, tepatnya di Jalan DI Panjaitan. Jalan tersebut kerap tergenang setiap hujan turun. Sudin SDA Jaktim menyebut banjir di lokasi itu disebabkan oleh drainase yang terhambat karena tertutup tanah proyek Tol Becakayu.