TEMPO.CO, Jakarta - Corporate Secretary PT MRT Jakarta Muhamad Kamaluddin mengatakan tersendatnya pembayaran tiket menggunakan uang elektronik bukan hanya karena perangkat lunak (software) mesin tapping yang berbeda dengan sistem kartu bank.
Menurut Kamaluddin, uang elektronik yang diterbitkan bank beberapa kali sulit terbaca mesin tapping lantaran penumpang salah memposisikan kartu. "Faktor lain itu masalah juga misalkan di tap itu (kartu) ditepuk-tapuk atau tap-nya miring atau tap di layar bukan kotak hitamnya," kata dia di Stasiun MRT Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Sabtu, 6 April 2019.
Baca: Penumpang Bikin Mesin Tiket 'Error'? Simak Aturan Baru di MRT
Kamaluddin menjelaskan, mesin tiket masuk dan keluar stasiun MRT kerap tak bisa mendeteksi kartu bank karena persoalan software. Menurut dia, software yang terpasang di dalam mesin tapping MRT memiliki sistem yang berbeda dengan sistem uang elektronik terbitan bank.
Namun Kamaluddin mengatakan pihaknya kini telah menyesuaikan software pembaca atau reader di mesin tapping MRT dengan sistem kartu bank. Ia memastikan sistem pembaca uang elektronik di seluruh mesin tapping di 13 stasiun telah diganti.
Karena itu, menurut Kamaluddin, kemampuan mesin di stasiun MRT Bundaran HI untuk membaca kartu bank hingga Jumat lalu sudah membaik. Setidaknya, kata dia, tak ada penumpukan penumpang lantaran sistem mesin error.
Baca: Stasiun MRT Istora Dipadati Massa Kampanye Akbar Prabowo
PT MRT Jakarta pun, kata Kamaluddin, sudah menambah petugas yang menunggu di mesin tapping guna membantu penumpang. "Dan kelihatannya pengguna sudah mulai paham sekarang, semakin teredukasi jadi sudah lebih lancar," ujarnya.
PT MRT Jakarta sebelumnya mencatat persoalan sistem tiket di pintu masuk masih menjadi persoalan utama. Masalah ini ditemukan sejak operasional komersil pada Senin, 1 April 2019. Dari pantauan Tempo, hingga Jumat lalu masih ada penumpang yang tetahan di pintu keluar karena kartu bank miliknya tak terbaca mesin.