TEMPO.CO, Jakarta - Wali Kota Jakarta Timur, M. Anwar, sempat memanggil kontraktor dan unsur terkait dari pembangunan proyek LRT Jabodebek dan Tol Becakayu untuk membahas penanganan pasca banjir di area kedua proyek itu pada 2 April 2019.
Baca juga: Menhub Balas Kritik Soal Banjir LRT, Anies: Gak Usah Diperpanjang
Lurah Cawang Didik Diarjo mengatakan, dalam rapat itu, pemerintah meminta para kontraktor untuk membuat kajian tentang saluran air. "Harusnya di sela-sela tiang itu, ada sumur resapan, tapi kan tidak dimanfaatkan," kata Didik saat ditemui Tempo pada Selasa, 9 April 2019.
Menurut Didik, saluran air yang berada di antara pilar-pilar bangunan LRT Jabodebek hanya memiliki lebar sekitar setengah meter. Dia berujar, saluran itu tidak cukup menampung air jika hujan turun dengan debit tinggi. Belum lagi kalau saluran air kemungkinan juga tertutup oleh material bangunan. "Ya mungkin sebagian seperti itu," kata dia.
Banjir yang melanda pada 2 April itu menggenangi jalan raya mulai dari Universitas Kristen Indonesia (UKI) hingga ke terminal Penas Kalimalang. Bagian yang terparah tidak berada di wilayahnya, yaitu mulai dari hotel Best Western Premier The Hive Jalan DI Panjaitan, Jatinegara hingga ke arah Institut Bisnis Nusantara.
Didik mengklaim, banjir saat itu tidak terlalu berdampak di daerahnya. "Kalau yang di UKI dan Cawang Kencana paling setengah jam sudah surut," ujar Didik.
Wali Kota Jakarta Timur M Anwar belum menjawab panggilan Tempo hari ini. Kemarin, dia sempat menjawab telpon, namun tidak memberi komentar. "Besok saja ya," kata M Anwar.
Pantau Tempo di lokasi, Jalan DI. Panjaitan yang disebut terendam banjir memang tidak ditanami dengan beton-beton penyangga LRT Jabodebek. Pilar-pilar buatan PT Adhi Karya itu berada di Jalan MT Haryono. Kepadatadan pembangunan tiang-tiang LRT Jabodebek terlihat di sekitar kantor Badan Narkotika Nasional (BNN) hingga menuju persimpangan Jalan Dewi Sartika.
Jarak antara hotel Best Western Premier The Hive di DI. Panjaitan dengan BNN di Cawang sekitar 800 meter. Permukaan tanah di DI. Panjaitan terlihat lebih rendah dibandingkan MT. Haryono. Di kawasan Cawang, lubang-lubang pilar LRT masih digenangani air hingga hari ini. Akibat pilar-pilar itu, saluran air atau drainase di sepanjang Jalan MT. Haryono susah dilihat.
Penjual gorengan di sekitar Hotel Best Western saat banjir pekan lalu, Samu, 50 tahun mengaku heran. Karena, bangunan proyek LRT berada di MT. Haryono, namun banjir justru terjadi di DI. Panjaitan. Menurut dia, banjir dimulai ketika hujan mulai turun dengan derasnya sekitar pukul 15.00 WIB. "Tingginya hampir setengah mobil," kata dia.
Saat itu, ujar Samu, banyak mobil dan motor yang mogok karena terendam banjir. Para pengemudi motor, kata dia, terpaksa harus mendorong kendaraannya. Menurut Samu, air baru mulai surut sekitar pukul 17.00.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, saluran air atau drainase di kawasan Cawang tertutup oleh pilar-pilar pembangunan jalur layang kereta ringan LRT. Untuk itu, dia meminta agar pemilik proyek bertanggung jawab sebagai penyebab banjir.
"Pihak kontraktor tidak menyiapkan pompa-pompa untuk mengalirkan air dari tempat yang terhalang ke saluran kita," kata Anies, Kamis pekan lalu.
Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meminta Anies meneliti lebih jauh untuk tudingannya bahwa proyek milik pemerintah pusat LRT Jabodebek dan Tol Becakayu sebagai penyebab banjir Jakarta. Budi berujar, bahwa proyek-proyek itu telah terencana baik.
Baca juga: Banjir Cawang dan Proyek LRT, Begini Anies Salahkan Kontraktor
ia menyebut contoh LRT mulai dari konstruksi hingga analisis dampak lingkungannya. "Saya minta pak gubernur meneliti lebih jauh, kalau mengeluarkan statement kan perlu ada buktinya," kata Budi, Ahad, 7 April 2019.