Jakarta - Rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merevitalisasi kawasan Kemang, Jakarta Selatan, dengan cara melebarkan pedestrian dan melarang kendaraan melintas ditolak oleh seorang warga setempat. Ivan, 32 tahun, menyebut proyek Gubernur DKI Anies Baswedan itu cermin ketidakmampuan pemerintah daerah dalam mengatur lalu lintas.
"Akhirnya pakai cara shortcut, instan, dan enggak mau ribet," kata karyawan perusahaan swasta itu padqa saat ditemui Tempo di salah satu restoran di Jalan Kemang Selatan, Jumat, 12 April 2019.
Ivan menyatakan dia tidak keberatan bila harus berjalan kaki dari lokasi parkir kendaraan yang akan disediakan pemerintah. Namun, ujar dia, kebijakan itu tetap akan menyusahkan karyawan yang berkantor di Kemang atau pengunjung restoran atau cafe.
"Pasti ribet," kata dia.
Warga lainnya, Lukman (63), malah meragukan kapasitas dan jangkauan lokasi parkir kendaraan pribadi yang akan disiapkan pemerintah. Menurut dia, kendaraan yang melintas dan berkunjung di kawasan itu sangat banyak sehingga pemerintah akan kesulitan mencari lahan yang memadai dan relatif dekat dari Kemang.
"Mau dialihkan ke mana kendaraannya?" ujar Lukman yang sedang menyantap makan siang di salah satu restoran di Kemang Selatan bersama rekan-rekannya.
Lukman juga pesimis warga mau berjalan kaki menuju Kemang untuk sekadar makan atau nongkrong. Walau disediakan bus di kawasan itu - seperti janji pemerintah DKI - Lukman berpendapat masyarakat tidak akan antusias memanfaatkannya.
"Itu Transjakarta saja kosong. Orang kalau ke warung saja sekarang, seratus meter, pada pakai motor," kata dia.
Pantauan Tempo di Lokasi, lebar trotoar di Kemang Selatan hanya sekitar 1,5 meter. Pedestrian di jalan tersebut bahkan tidak lagi terlihat sekitar 500 meter menuju persimpangan ke Jalan Kemang Raya. Lahan yang harusnya menjadi pedestrian hanya berwujud tanah dan pecahan aspal.
Sebelumnya, Gubernur Anies Baswedan menjelaskan bahwa revitalisasi itu akan meliputi kawasan Kemang Selatan ke Kemang Utara sampai ke arah Jalan Prapanca. Dia berjanji membuat tempat itu layaknya sebuah mall dengan cara melebarkan trotoar. Sehingga, warga bakal leluasa berjalan-jalan sembari memilih tempat yang akan disinggahi.
"Kalau saat ini, datang ke tempat-tempat restoran, kafe, harus menentukan dulu mau ke mana, baru parkir di situ. Tapi tidak bisa berjalan mereview, memilih, ngobrol. Kalau di mall bisa karena ada tempat jalan kaki yang cukup," ujar Anies di Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, 11 April 2019.
Menurut Anies, dengan konsep revitalisasi seperti mall itu, kegiatan perdagangan di restoran, kafe, dan lain-lain di Kemang dapat bergerak dengan baik dan berimbas pada peningkatan ekonomi. Revitalisasi disebut juga akan menambah mobilitas pengunjung. Dia bahkan mengklaim bahwa ada warga Kemang yang ingin lahannya dialihkan menjadi trotoar.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugraha mengatakan, kawasan Kemang akan disulap seperti kawasan wisata Legian, di Bali. Kemang direncanakan akan ramah pejalan kaki dan hanya bisa dilintasi kendaraan para penghuni.
"Akan seperti di kawasan Legian, Bali. Enggak ada parkiran (umum), orang melintas aja. Konsep trotoarnya seperti di Sudirman- Thamrin," ujar Hari.
Menurut dia, pemerintah akan menyediakan shuttle bus yang berkeliling Kemang. Bus disediakan untuk warga yang membawa kendaraan dan ingin masuk ke kawasan itu. Sedangkan kantong parkir disediakan di luar Kemang. Agar diizinkan masuk kawasan, kendaraan pribadi warga sekitar akan dipasang stiker atau kode tersendiri.
"Kalau enggak ada stiker dan kode itu enggak boleh masuk. Orang biar jalan kaki, kalau enggak mau capek, pakai shuttle bus."
M. YUSUF MANURUNG | M JULNIS FIRMANSYAH