TEMPO.CO, Bekasi - Pemerintah menyebut tingkat partisipasi Pemilu 2019 yang baru saja digelar Rabu 17 April 2019 sangat tinggi, mencapai 80,90 persen. Pesta demokrasi dinikmati di banyak penjuru dan kalangan, tak terkecuali warga di Panti Rehabilitasi Gangguan Jiwa Yayasan Galuh yang berlokasi di Sepanjangjaya, Rawalumbu, Kota Bekasi.
Baca juga:
Usai Coblosan Pemilu 2019, Ini Harap Sederhana PKL dan Sopir Ojol
Sebanyak 16 warga binaan di panti itu bisa menggunakan hak pilihnya di tiga TPS di sekitar panti dengan cara didatangi petugasnya pada Rabu lalu. Sebenarnya ada sembilan lainnya pemilik hak suara tapi tak bisa direalisasikan karena dianggap kehabisan waktu.
"Kami sudah menjalankan tugas," kata pengurus Yayasan Galuh, Ajat, mengungkapkan kepada wartawan yang menemuinya usai pemilihan.
Pada praktiknya, warga binaan panti itu menggunakan hak suara dengan dipandu oleh petugas. Tampak mereka yang mengidap gangguan jiwa membutuhkan waktu hingga 10 menit untuk menentukan pilihannya dalam bilik suara dari kardus seadanya. Sebab, penitia pemungutan suara datang ke yayasan tersebut hanya membawa surat suara, tinta, dan alat coblos.
Baca juga:
Seru di TPS Panti Disabilitas Mental, Jokowi Menang Tipis dari Prabowo
Seorang pencoblos, Ali, mengaku memilih capres nomor urut 02, Prabowo Subianto. Ia menilai Ketua Umum Partai Gerindra itu sosok yang tegas. Penyandang disabilitas mental lainnya, Rina mengaku mencoblos Jokowi. Alasannya, "Tahunya Jokowi."
Beda dari dua rekannya, Ismail Rojali, termasuk yang tak didatangi petugas karena waktu dianggap habis. Padahal, dia menyatakan ingin sekali mencoblos.
Baca juga:
Pemilih Disabilitas Mental Nyoblos, Butuh Surat Suara dan Permen
Ismail Rojali mengaku tahu pasangan capres dan cawapres, kontestan di Pemilu 2019. Tapi ternyata bukan Jokowi atau Prabowo yang mau dicoblosnya. Dia bilang lebih memilih mantan Presiden Amerika Serikat. "Obama," kata Ismail mantap.