TEMPO.CO, Jakarta - Perayaan Hari Kartini tidak terlihat di area Car Free Day atau CFD di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Minggu, 21 April 2019. "Saya tidak melihat sama sekali ada perayaan kartini di CFD," kata Erni Wibawanti, 32 tahun, saat ditemui di arena CFD.
Erni Wibawanti datang bersama suaminya, Eko Wahyudi (33), warga Bogor, Jawa Barat. Namun, keduanya menanggapi dingin.
Menurut Erni, perayaan Hari Kartini yang jatuh hari ini memang tidak harus disambut dengan menggelar acara berpakaian adat. Hari Kartini adalah peringatan mengenai perjuangan perempuan untuk mencapai kesetaraan dengan pria. Saat ini, kata dia, perempuan telah setara dengan kaum adam dari berbagai aspek.
"Pekerjaan dan kesempatan apapun sudah tidak ada perbedaan lagi," ucap Erni.
Eko setuju dengan pendapat istrinya, bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan antara laki-laki dan wanita. Namun, dia menyayangkan kalau perayaan Hari Kartini semakin dilupakan. "Sekarang saya lihat jarang anak-anak pawai pakai baju daerah. Dari jam setengah delapan saya di sini saja belum lihat ada perayaan kartini seperti itu," tuturnya.
Adapun Isma Devita, warga Kalibata, Jakarta Selatan, mengatakan perayaan Hari Kartini saat ini bukan lagi menyuarakan kesetaraan gender. Sebab, saat ini antara pria dan wanita sudah tidak ada lagi perbedaan dalam kesempatan bekerja atau mengenyam pendidikan.
"Kartini sekarang adalah perempuan yang berani bersuara jika mendapatkan perlakuan tidak adil atau didiskriminasikan orang," ucap Isma.
Lebih jauh Eko menilai perayaan Hari Kartini tahun ini seakan dilupakan karena sebagian besar masyarakat terfokus perhatiannya pada Pemilu dan Pilpres 2019. "Media dan berita semua dibanjiri berita presiden. Cukup disayangkan juga Hari Kartini jadi seperti tertutup berita pilpres" ujarnya.
IMAM HAMDI