TEMPO.CO, Jakarta -Sambil menyantap buah melon di lokasi pengungsian, Muin, warga RW 7 RT 4, Tanah Rendah, Kampung Melayu bercerita detik-detik air Kali Ciliwung meluap merendam rumahnya.
Pria parubaya yang berprofesi sebagai tukang bubur ini mengaku hanya bisa membawa sebuah tas slempang yang berisi dompet dan duit hasil dagangan sehari sebelumnya.
Baca : Ciliwung Meluap, Warga Cililitan Kecil Bandingkan Banjir 2013
"Saya gak berani nengok-nengok, buru-buru lari. Airnya deras, dingin lagi," kata Muin kepada Tempo yang ditemui lokasi di SD Negeri 01/02 Kampung Melayu, Jakarta Timur, Jumat 26 April 2019 sore.
Muin yang meninggalkan rumah sekitar pukul 07.00 WIB lalu mencari lokasi pengungsian. Namun baru pada pukul 11.00 WIB, ia baru bisa masuk ke SD Negeri 01/02 yang merupakan lokasi yang ditunjuk Pemerintah setempat sebagai posko korban banjir.
Foto udara saat pengendara menerobos banjir akibat luapan Sungai Ciliwung di Jalan Jatinegara, Kampung Melayu, Jakarta, Jumat 26 April 2019. Banjir itu terjadi sejak Jumat pagi akibat tingginya intensitas hujan di Wilayah Bogor dan sekitarnya. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Sebelummya, Muin dan Istri hanya bisa duduk di pinggir jalan sekitar Pasar Kebon Pala pada Jumat pagi, 26 April 2019.
Saat di lokasi pengungsian, Muin mengaku belum mendapat jatah makanan hingga pukul 13.00 WIB. Karenanya ia memutuskan untuk membeli makanan sendiri. "Belum ada, belum ada apa-apa. Air aja belum," kata dia.
Simak juga :
Banjir Ciliwung, Warga Pejaten: 2013 Lalu 2018 dan 2019
Untuk itu, Muin berharap agar banjir lekas surut dan petugas bisa membantu untuk membersihkan sampah pasca banjir. Alasannya, ia ingin segera kembali berjualan bubur ayam di Jalan Kebon Pala.
"Kalau bisa petugas cepat datang, buat bantuin bersih-bersih sampah. Biar saya bisa pulang ke rumah dan jualan bubur ayam lagi,"ujarnya terkait banjir akibat Ciliwung meluap tersebut.
WIRA UTAMA