TEMPO.CO, Jakarta - Jalur light rail transit (LRT) yang terbentang dari Stasiun Pegangsaan II, Kelapa Gading, menuju Stasiun Velodrome, Rawamangun, Jakarta Timur, siap dioperasikan.
Baca juga: Beroperasi April, LRT Jakarta Masih Tunggu Dua Syarat Ini
Direktur Administrasi dan Keuangan PT LRT Jakarta, Solihin Djaelani, mengatakan jalur LRT sepanjang 5,8 Kilometer yang terdiri dari enam stasiun itu baru saja diujicoba bagi pengguna dengan disabilitas.
"Sudah siap dioperasionalkan, hanya kami mempersiapkan beberapa ketentuan administratif dan infrastruktur di depo. Pengoperasiannya masih menunggu penyelesaian sky bridge yang akan mengintegrasikan stasiun LRT dengan halte Transjakarta Pemuda sebagai feeder LRT," ujar Solihin kepada Tempo saat uji coba LRT bersama Komunitas Jakarta Barrier Free Tourism (JBFT), di Stasiun Belodrome, Jalan Balap Sepeda, Rawamangun, Jakarta Timur, Sabtu, 27 April 2019.
Menurut Solihin, pengoperasian LRT berdasarkan pada beberapa pertimbangan. Salah satunya perhitungan mengenai potensial rathership penumpang yang ada di sekitar wilayah DKI Jakarta. PT LRT memiliki perhitungan, ada sekitar 14.255 perjalanan setiap harinya yang dapat dilakukan pengguna LRT Jakarta. Perjalanan ini meliputi perjalanan yang dilakukan pada hari kerja maupun hari libur.
Meski berpotensi dapat mengakomodasi 14 ribu perjalanan warga DKI Jakarta, khususnya Jakarta Timur dan Utara, PT LRT hanya menargetkan sekitar 20-25 persen dari jumlah penumpang pada awal pengoperasian. Dengan mengakomodasi lebih dari 14 ribu perjalanan, diharapkan moda transportasi ini dapat mengurai kantung - kantung penumpukkan penumpang pengguna bus Transjakarta, serta kemacetan di Jakarta.
Selain perhitungan potensial rathership, perhitungan Grafik Perjalanan Kereta (Gapeka) juga menjadi pertimbangan pengoperasian LRT. Grafik perjalanan ini adalah perhitungan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan DKI Jakarta mengenai jumlah angkutan yang dibutuhkan penumpang Jakarta di waktu-waktu tertentu.
Saat ini ada sekitar delapan armada LRT yang disediakan oleh PT LRT Jakarta. Dalam setiap pengoperasiannya, hanya enam armada yang digunakan, sedangkan dua armada lain dipersiapkan untuk mengakomodasi jumlah penumpang yang lebih besar.
Satu armada LRT (Transet) terdiri dari dua gerbong atau cart yang dapat menampung sekitar 135 penumpang. Satu gerbong memiliki kapasitas 40 tempat duduk dan 95 penumpang berdiri dengan jarak yang tidak terlalu dekat. Dalam sehari ada enam armada LRT yang dioperasionalkan secara bergantian setiap 5 menit. "Sehingga, dalam sekali perjalanan, LRT dapat membawa 270 penumpang," ujar Solihin.
Dalam perjalanan ujicoba itu, Tempo menghitung, waktu yang dihabiskan dalam sekali tempuh untuk empat stasiun kurang lebih 15 menit. Sedangkan lama pemberhentian di setiap stasiunnya, mulai dari membuka pintu hingga menutup kembali sekitar tujuh detik.
Kereta LRT Jakarta didatangkan dari Korea Selatan bekerjasama dengan Hyundai Transport. Kereta ini memiliki teknologi yang sama dengan MRT yang baru diresmikan akhir Maret 2019. Moda transportasi ini sama-sama dioperasionalkan di jalur khusus yang melintang di atas jalanan yang melintang dari Kelapa Gading hingga Rawamangun.
Baca juga: MRT Diresmikan, LRT Jakarta Buka Lagi Uji Coba Publik
Perbedaan LRT dan MRT hanya pada kapasitas pengangkutan penumpang saja. Bila MRT sekali dioperasionalkan bisa melibatkan 12 gerbong, maka LRT hanya 2 gerbong. Meski begitu, moda transportasi ini lebih stabil ketika dioperasikan pada jalur yang berkelok-kelok. "Kami jauh lebih ringan," ujar Solihin.