TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menunggu rekomendasi dari Kementerian Pertanian untuk melakukan impor bawang putih. Impor itu dibutuhkan agar harga komoditi tersebut kembali stabil di pasar.
Baca:
Ramadan, Harga Merayap Naik di Pasar Induk Kramat Jati
"Food Station sudah punya lisensi untuk impor bawang putih, tapi saat ini rekomendasi dari Kementerian Pertanian belum diterbitkan," ujar Asisten Perekonomian dan Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi DKI Jakarta Sri Haryati di Balai Kota DKI, Senin 6 Mei 2019.
Sambil menunggu rekomendasi tersebut, Sri mengatakan Pemprov DKI telah menugaskan badan usahanya, PT Food Station Tjipinang Jaya, untuk berkoordinasi dengan para importir yang telah mengantongi izin dari Kementerian Perdagangan. Koordinasi itu untuk mengamankan stok.
"Jadi paling enggak saat mendarat, ada satu kontainer dari masing-masing 8 importir yang akan diberikan ke DKI, intinya itu," ujar Sri.
Lonjakan harga bawang putih terjadi di sejumlah pasar. Lonjakan itu disebabkan defisit pasokan. “Sekarang saya jual Rp 90 ribu per kilogram. Kalau biasanya cuma Rp 45 ribu,” ujar Winarsih, penjual di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Sabtu lalu.
Tempo berkeliling Pasar Kramat Jati dan menanyakan harga bawang putih kepada pedagang lainnya. Tak beda jauh dari Winarsih, para pedagang menjual bawang putih dengan harga Rp 80-100 ribu rupiah. Alasannya pun sama, harga naik lantaran pasokan ke Pasar Induk sangat sedikit.
Lonjakan harga berimbas pula ke para pedagang. Biasanya dalam sehari Winarsih bisa menjual 4-5 kilogram bawang putih. Tapi dengan harga saat ini, hanya terjual paling banyak 1 kilogram. “Yang beli sedikit. Kebanyakan kaget karena harganya. Kalau pun ada yang beli paling cuma satu-dua ons,” ucapnya.