- Pelaku sudah kasar sejak pacaran
SK menuturkan bahwa suaminya memiliki tempramen kasar sejak pacaran. Emosi sang suami, ujar SK, sering naik tiba-tiba tanpa sebab yang jelas. "Kalau kita lagi jalan. Nanti tiba-tiba dia marah. Terus berhenti dan motornya ditendang-tendang," ujarnya.
SK mengatakan sang suami sering melemparkan sesuatu yang dipegangnya jika marah. Termasuk, puntung rokok. Mereka pacaran selama satu tahun dan akhirnya menikah. Saat itu, SK sudah mengandung anak MS.
Kebiasaan kasar MS, ujar SK, berlanjut setelah menikah. Menurut SK, suaminya sering melampiaskan masalah pekerjaan kepadanya. MS disebut bekerja sebagai sopir laundry di Pluit, Jakarta Utara. "Waktu hamil saya pernah ditampar satu kali," kata perempuan asal Purbalingga itu.
- Positif menggunakan narkoba
Erick mengatakan anggotanya telah melakukan tes urine terhadap MS, 23 tahun. Hasilnya, pelaku positif menggunakan sabu. "Pada saat melakukan kekerasan terhadap anak, pelaku dibawah pengaruh sabu," kata dia.
Baca: Kronologi Ayah Bunuh Bayi, Berawal dari Kecurigaan Puskesmas
Pelaku diduga telah aktif menggunakan narkoba jenis sabu sejak 2017. Ihwal sumber sabu dan kemungkinan dijerat pidana atas kepemilikan, Erick berujar polisi masih berproses.
SK mengakui bahwa suaminya telah mengonsumsi sabu sejak pacaran. Namun, dia tidak mengetahui dari mana sabu tersebut didapat suaminya. "Waktu saya hamil enam bulan saya suruh dia berhenti," kata SK.
SK mengatakan permintaan untuk berhenti menggunakan sabu itu disertai dengan ancaman. Jika tidak berhenti juga, SK akan meminta cerai dengan MS. Saat itu, kata dia, suami berjanji untuk berhenti. "Namun pas polisi bilang hasil tes positif, saya kaget juga," kata dia.
selanjutnya Kondisi kejiwaan pelaku...