TEMPO.CO, Jakarta -PT Perusahaan Listrik Negara Unit Distribusi Jakarta Raya (PT PLN Disjaya) akan membangun stasiun pengisian listrik umum (SPLU) atau electric vehicle charging teknologi tinggi di Ibu Kota, terutama melayani bus listrik yang segera diujicoba di jalanan.
SPLU dengan kemampuan fast dan superfast charging itu akan melayani kebutuhan sejumlah armada transportasi umum yang menggunakan kendaraan listrik, salah satunya adalah bus Transjakarta.
Baca : Uji Coba Bus Listrik Transjakarta Menunggu Kesiapan Infrastruktur
“Sudah ada pembicaraan dengan PT Transjakarta. Kami tinggal menunggu berapa kebutuhan mereka,” kata Manajer Komunikasi PLN Disjaya, Dita Artsana, kepada Tempo, Kamis, 9 Mei 2019.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan PT Transjakarta memang berencana menguji coba bus listrik BYD Company Ltd buatan Cina dengan tipe medium dan bus buatan perusahaan lokal, PT Mobil Anak Bangsa (MAB), dengan tipe single. Uji coba itu rencananya dilaksanakan pada Juli mendatang.
Dalam kurun waktu enam bulan, mereka mengklaim akan mengoperasikan 10 unit bus listrik untuk rute Monumen Nasional-Bundaran Senayan dan Ragunan-Dukuh Atas 2.
Selain pengurusan izin dan aturan, pengoperasian bus listrik ini masih menanti persiapan infrastruktur kendaraan listrik. Salah satunya adalah kesediaan SPLU di depo-depo bus listrik dan rute perjalanan. Menurut Dita, PLN Jakarta segera membangun sambungan listrik ke mesin pengisian daya sesuai dengan kebutuhan bus listrik tersebut. Jumlah mesin itu akan menambah SPLU berdaya normal yang sudah tersebar di 1.918 lokasi di Jakarta.
Sedangkan SPLU fast dan superfast, menurut Dita, akan berada di beberapa lokasi umum yang memungkinkan kendaraan listrik dapat mengisi ulang ketika hampir kehabisan daya. “Pengisian daya di SPLU normal memakan waktu 4-6 jam. Untuk SPLU fast sekitar 2 jam, sedangkan SPLU superfast hanya 15-45 menit,” kata dia.
Dita belum bisa menyebutkan detail lokasi pembangunan SPLU teknologi tinggi itu. PLN nanti akan mengikuti permintaan Kementerian Perhubungan mengenai pembangunan 10 SPLU berdaya tinggi pada tahun ini. “Pembangunan dan peresmian akan dimulai pada semester II,” ujarnya.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan pemerintah memang berfokus pada pengembangan penggunaan kendaraan zero emisi karbon. Hal itulah yang menjadi alasan pemerintah mendukung rencana Pemprov DKI dan PT Transjakarta mengganti seluruh armada busnya dengan kendaraan bertenaga listrik.
Baca: Transjakarta Godok Operasional Bus Listrik, Kapan Mengaspal?
Direktur Utama PT Transjakarta, Agung Wicaksono, mengatakan penggunaan kendaraan bertenaga listrik ini menjadi pilihan karena, selain minim polusi, lebih murah dibanding kendaraan bertenaga bahan bakar minyak.
Meski tak menyebut angka, dia menilai biaya pengoperasian bus Transjakarta akan turun bila memakai bus listrik. “Kami juga hanya membayar (biaya) operasional karena armada milik operator yang jadi mitra Transjakarta,” kata dia.
