TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah alumni Sekolah Menengah Atas atau SMA 70 Jakarta mendukung dipindahkannya acara itikaf Ramadan yang mengundang Tengku Zulkarnain di masjid Al Ikhlas milik sekolah pada 1-2 Juni 2019. Salah satunya alumni dari angkatan tahun 1984 SMA 70, Satrio Nugroho, yang mendukung pemindahan lokasi itikaf di luar sekolah.
Itikaf Ramadan itu diselenggarakan komunitas Ghirah sebagai kelompok kajian keagamaan alumni SMA 70. "Kami tidak mau sekolah dianggap terafiliasi dalam politik. Sebab, narasumber yang diundang (Tengku Zulkarnain) dianggap terafiliasi," kata Satrio saat ditemui di SMA 70, Jumat, 10 Mei 2019.
Baca: Tengku Zulkarnain Batal Diundang ke Masjid SMA 70, Ini Alasannya
Satrio menuturkan jika acara itikaf itu tidak dipindahkan, maka berpotensi sekolah dianggap tidak netral. Padahal lembaga pendidikan merupakan institusi yang netral. "Kami khawatir jika itikaf itu tetap diselenggarakan membawa nama SMA 70," ujarnya.
Satrio mengapresiasi langkah sekolah yang bisa berkomunikasi dengan alumni yang menjadi penyelenggara sehingga mereka mau memindahkan lokasi kegiatan itikaf. "Langkah sekolah saya kira sudah tepat menganjurkan kegiatan itikaf dipindahkan ke lokasi lain," kata dia.
Wakil Kepala SMAN 70 Sukardi mengatakan sejumlah alumni menolak adanya acara itikaf itu karena salah satu narasumbernya, yakni Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain tidak direkomendasikan pemerintah. "Setelah dibatalkan kami juga kaget ada yang menyebutnya penceramah radikal dan viral di media sosial," kata dia.
Sukardi menuturkan sekolah awalnya mengizinkan acara yang rencananya diselenggarakan di masjid sekolah pada 1-2 Juni mendatang. Namun, akhirnya izin penyelenggaraan itikaf alumni di sekolah dicabut dan lokasi dipindahkan ke masjid lain.
Izin acara dicabut setelah undangan acara yang memuat foto Tengku Zulkarnain tersebar secara berantai di media sosial. Mengetahui narasumber acara itu adalah penceramah yang terafiliasi dalam politik, sekolah pun menganjurkan agar kegiatan dipindahkan ke tempat lain. "Sebab sekolah merupakan wilayah yang netral. Kami mencegah pihak manapun yang ada kaitannya terhadap politik berkegiatan di sekolah," kata Sukardi.
Sukardi menjelaskan sekolah awalnya mengizinkan acara itikaf itu karena melihat konten isinya sangat baik, yakni itikaf, santunan, buka puasa bersama, dan kegiatan keagamaan lainnya, tanpa melihat narasumber yang diundang. Selain itu, kegiatan tersebut juga rutin diselenggarakan setiap tahun.
"Sepekan setelah diberi izin, sekolah akhirnya mencabut izinnya begitu flyer acara keluar Rabu kemarin. Dari flyer itu kami baru tahu siapa narasumber yang diundang," kata Sukardi. Dari situ diketahui bahwa narasumbernya adalah Tengku Zulkarnain. Sekolah pun menganjurkan acara dipindahkan ke lokasi lain.