TEMPO.CO, Jakarta -Tersangka kasus dugaan makar Eggi Sudjana membandingkan kasus seruan people power yang menjerat kasus makar dirinya dengan pernyataan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko soal perang total.
"Nah yang paling mendasar lagi, Moeldoko pernah ngomong perang total. Perang itu udah nggak ada kata lain selain bunuh membunuh. Kalau people power nggak ada urusannya sama itu, tapi Moeldoko tenang-tenang saja tidak diperiksa, "ujar Eggi memprotes, saat ditemui di Polda Metro Jaya, Senin 13 Mei 2019.
Baca : Eggi Sudjana: Kalau Saya Ditahan, Artinya Polisi Kriminalisasi
Eggi Sudjana pun menilai perlakuan kepolisian tersebut diskriminatif karena tidak memproses pernyataan Moeldoko soal perang total.
Pernyataan perang total tersebut disampaikan Moeldoko pada Februari 2019 lalu. Dia menegaskan bahwa saat itu timnya sudah masuk dalam strategi kampanye perang total dalam memenangkan pasangan calon presiden Jokowi Ma'aruf.
"Kami nyatakan sudah mulai perang total. Kami sudah menentukan center of gravity dari pertempuran itu, sehingga kami tahu harus bagaimana," ujar Moeldoko di Markas TKN, Gedung High End saat itu.
Namun, mantan Panglima TNI ini membantah bahwa alasan strategi perang total digunakan akibat elektabilitas calon presiden inkumben Jokowi yang cenderung stagnan di 62 hari menuju hari-H pencoblosan pemilihan presiden 2019.
Moeldoko menjelaskan, perang total yang dimaksud, yakni; menggunakan seluruh sumber daya yang dimiliki dengan optimal, mulai dari partai politik, relawan, dan seluruh elemen pendukung paslon 01. "Kami mengenali kekuatan kami dan akan menggunakannya secara optimum untuk melakukan penetrasi terhadap segmen yang menjadi prioritas," ujarnya.
Simak pula :
Tak Jadi Mangkir, Eggi Sudjana: Harus Dihadapi Tidak Dihindari
Sedangkan people power yang dimaksud kata Eggi adalah seruan atas dugaan kecurangan Pemilu yang ditujukan ke KPU dan Bawaslu. Aksi tersebut kata dia sudah dilakukan dengan berunjuk rasa pada Kamis lalu bersama Mayjen purn Kivlan Zen.
"Jangan dipelintir. People power yang dimaksud adalah demo dengan Kivlan Zen di Bawaslu kemarin, artinya unjuk rasa bukan makar," demikian Eggi Sudjana.