TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi diperkirakan gagal melenggang ke Senayan pada Pemilu 2019. Imam adalah calon anggota DPR RI dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di daerah pemilihan Jakarta Timur.
Baca: Pelaku Penganiayaan Anak Menpora Imam Nahrawi Jadi Tersangka
“Pada pemilu tahun ini PKB menyumbang kursi dari dapil Jakarta Timur,” kata Direktur Eksekutif Perhimpunan Survei dan Riset Publik (Persepsi) Natahari Wibowo di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu malam, 15 Mei 2019.
Awalnya Imam diperkirakan menjadi salah satu caleg yang bisa menyumbang kursi dari PKB dari Dapil Jakarta Timur. Namun perolehan suara PKB merosot. Pada pemilu tahun ini, PKB hanya memperoleh 99.094 suara.
Menurut dia, PKB hanya mendapatkan suara yang cukup tinggi di basisnya di Kecamatan Cakung. Sedangkan, di wilayah lain PKB kurang mendapatkan suara. Di dapil enam yang terdiri dari Kecamatan Pasar Rebo, Makasar, Ciracas dan Cipayung, PKB hanya mendapatkan 23.751 suara.
Sedangkan, di dapil lima yang mencakup Kecamatan Jatinegara, Keramatjati dan Duren Sawit, PKB mendapatkan 13.096 suara.
Suara terbesar PKB di dapil empat Matraman, Pulogadung dan Cakung, yakni 46.477 suara. “Di wilayah Cakung PKB mendapatkan 34 ribu suara. Daerah lain sangat minim.”
Persepsi memperkirakan ada enam caleg dari Jaktim yang bakal melenggang ke Senayan. Keenamnya adalah Putra Nababan caleg PDI Perjuangan, Mardani Ali Sera (PKS), Habiburokhman (Gerindra), Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio (PAN), Sondang Tiar D. Tampubolon (PDIP) dan Anis B (PKS).
Perhitungan jumlah kursi DPR RI yang dilakukan Persepsi menggunakan Metode Sainte Lague. Logika yang dipakai dalam metode ini adalah partai yang memperoleh suara tertinggi dari hasil pembagian diurutkan sesuai dengan alokasi kursi yang disediakan dalam satu daerah pemilihan yang berhak memperoleh kursi. Metode sainte lague diperkenalkan oleh seorang pakar matematika asal Perancis bernama Andre Sainte Lague pada tahun 1910.
Menurut Persepsi, Imam tidak berhasil lolos karena dia juga jarang turun ke lapangan. Menurut dia, Imam hanya mengandalkan alat peraga kampanye yang banyak tersebar di dapilnya.
Baca: Bawaslu: Spanduk Kemenangan Capres Bertambah di Jakarta Timur
Imam Nahrawi pernah bertarung di Pemilu 2004, 2009, dan 2014. Di pemilu terakhirnya, Imam yang berhasil terpilih mengundurkan diri karena ditunjuk Jokowi jadi menteri pemuda dan olah raga. “Mungkin karena masih menjadi menteri jadi sulit untuk sering turun ke lapangan,” ucapnya.