TEMPO.CO, Jakarta -Beberapa warga di Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat yang ditemui Tempo pada Jumat 24 Mei 2019, menceritakan kembali bagaimana aparat yang diduga anggota Brigade Mobil (Brimob) Polri melakukan kekerasan brutal pada Kamis pagi, 23 Mei 2019 buntut kerusuhan 22 Mei.
Seorang sumber Tempo yang juga warga di sana menceritakan pagi itu sekitar pukul 06.30 WIB, dia memang ada di area sekitar Jalan Kampung Bali XVII. Kebetulan, di tengah jalan kecil tersebut, ada sebuah pangkalan ojek online. Sayang, warga ini menolak menyebutkan namanya karena khawatir akan keselamatannya.
Baca juga : Video Terduga Aparat Berseragam Pukuli Anak, Ini Kata Imam Masjid
Menurut warga ini, saat dia datang di Kampung Bali, seorang rekannya yang juga sopir ojek online sedang tidur di pangkalan mereka. Tidak berselang lama, suara tembakan terdengar dari arah Jalan Kampung Bali XXXIII atau tak jauh di ujung markas mereka ini.
"Tahu-tahunya di sana sudah rame," kata dia kepada Tempo, Jumat, 24 Mei 2019.
Dia lalu melihat sekelompok orang berseragam hitam, berhelm, dan membawa pentungan memasuki Jalan Kampung Bali XVII dan mulai menendang pintu-pintu warung yang ada di sana. Mereka seperti mencari seseorang. Karena takut, pria ini sontak kabur, lari ke arah sebaliknya menuju Jalan Kampung Bali XXXII. "Saya balik badan, karena di sana banyak anak-anak saya lihat," kata dia.
Dia meninggalkan rekannya yang masih tidur di basecamp ojek online. Dari ujung Jalan XXII, dia melihat aparat anggota Brimob sudah sampai di pangkalan dan langsung membawa rekannya. "Pas saya lihat, mukanya sudah hancur," kata dia.
Seorang sopir ojek lain yang ditemui Tempo hari itu, membenarkan keterangan ini. Dia mengaku sempat makan sahur bersama sopir ojek online yang ditangkap itu. "Kami makan nasi Padang di basecamp," katanya.
"Terus saya pulang ke rumah, dekat sini untuk ganti baju. Dia sama saya sahurnya," kata dia.
Saat mulai terdengar tembakan gas air mata dan aparat mulai berdatangan ke perkampungan itu, dia panik. Posisinya ketika itu ada di halaman rumah. Untuk menyelamatkan diri, dia menarik dan memeluk keponakannya yang masih anak-anak.
"Saya bilang, 'Pak saya warga Pak, warga," kata dia menirukan dialog kepada aparat.
Dia juga membenarkan keterangan temannya yang melihat rekan mereka dibawa Brimob dengan kondisi muka yang berdarah-darah. Dia sempat berteriak kepada aparat agar melepaskan temannya.