Di lokasi itu, Tempo mendapati bercak merah yang masih membekas di tiang. Bercak merah tersebut diduga darah Markus.
Seorang warga lain juga ditangkap di area parkir, namun dia berhasil kabur saat polisi memindahkannya dari mobil ke mobil lainnya. Semula dia berada satu mobil dengan Markus, Lubis, Andre, dan Jurianto.
Baca:
Kerusuhan 22 Mei: Saat Polisi Kegirangan Melihat Pedagang Kopi
"Di mobil masih pada hidup. Pas di mobil Markus emang lagi megap-megap," ujar dia sambil meletakkan tangan di dada mendemonstrasiakan kondisi Markus.
Dia mengatakan dipukul bagian kepala oleh aparat sehingga berdarah di empat titik.
Pacar Markus, wanita berinisial V, mengatakan pada Selasa malam, 22 Mei 2019, masih sempat berhubungan dengan kekasihnya melalui telepon. Saat itu, sekitar pukul 23.00, Markus memberi kabar soal kerusuhan di Gedung Bawaslu RI yang hanya berjarak sekitar 250 meter dari lahan Smart Services Parking. V lantas meminta Markus untuk ke rumahnya di Kampung Rambuta, Jakarta Timur.
"Dia cari jalan tapi diblokade, jadi enggak bisa," kata V.
Situasi Musala Al Huda dan lahan kosong milik Smart Service Parking di Kampung Bali, Jakarta Pusat, Jumat, 24 Mei 2019. TEMPO/M Yusuf Manurung.
Karena banyak gas air mata di lokasi itu, Markus sampai menggunakan pasta gigi di sekitar matanya. Karena tidak bisa menyusul V, Markus akhirnya istirahat di lahan parkir tanpa menghapus pasta gigi di wajahnya. Pagi harinya, V menelepon Markus dan sempat diangkat. Namun, suara di saluran telepon tidak jelas. Ketika ditelepon kembali, nomor ponsel pria berumur 30 tahun itu sudah tidak aktif. "Ya mungkin sudah dihancurkan," kata V.
V telah mencoba mencari tahu keberadaan Markus ke Polda Metro Jaya. Namun dia tidak mendapat jawaban. Begitu melihat video viral soal pemukulan di lahan parkir itu, V sempat syok. Dia pun datang ke lokasi parkir untuk mencari tahu kepada beberapa pegawai di sana, apakah pria yang dipukuli aparat itu merupakan Markus.
Baca:
Korban Kerusuhan 22 Mei, Rizky Diam-diam Pergi Subuh Tadi ...
Markas Besar Kepolisian telah memberi klarifikasi atas video berisi penganiayaan yang viral tersebut. Juru bicaranya, Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo, menyebut satu yang ditangkap dalam video itu sebagai Andri Bibir, 30 tahun. Penangkapan atas tuduhan menyiapkan sejumlah batu untuk para perusuh.
Andri saat ini masih hidup dan seusai mendapat perawatan di RS Polri berada di Rumah Tahanan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya. Kerusuhan 22 Mei ditegaskan Dedi tidak spontan, "artinya by setting untuk menciptakan kerusuhan," ucapnya, Sabtu 25 Mei 2019.
M. YUSUF MANURUNG