TEMPO.CO, Jakarta - PT MRT Jakarta mengalami penurunan jumlah penumpang yang signifikan akibat Kerusuhan 22 Mei. Penurunan tersebut mencapai 50 ribu penumpang atau lebih dari 50 persen.
Baca: Kerusuhan 22 Mei, MRT Jakarta Tutup Seluruh Stasiun Bawah Tanah
Dari paparan PT MRT Jakarta, penurunan paling drastis terjadi pada Kamis, 24 Mei, yakni hanya sekitar 35 ribu penumpang. Pada Rabu, 23 Mei, jumlah penumpang anjlok ke angka 40 ribu. Jumlah ini jauh di bawah penumpang MRT Jakarta pada hari normal yang berkisar 80 - 89 ribu.
Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar menduga penurunan jumlah penumpang MRT karena banyak perkantoran di sekitar jalan M.H. Thamrin yang meliburkan pegawainya. Sebab, mayoritas pengguna MRT adalah pegawai di kawasan tersebut.
Dugaan ini semakin menguat ketika melihat grafik pada Jumat, 24 Mei yang menunjukkan jumlah penumpang kembali naik menjadi sekitar 71 ribu. Saat itu para pegawai kembali bekerja.
Pada Selasa, 29 Mei atau sepekan setelah Aksi 22 Mei, William mengatakan jumlah penumpang MRT sudah kembali normal, yakni menyentuh angka 89 ribu penumpang.
Aksi 22 Mei yang berakhir ricuh membuat polisi menutup Jalan Thamrin. Hal itu membuat area perkantoran di sana tutup, seperti misalnya pusat perbelanjaan Sarinah. PT MRT pun menutup Stasiun Bundaran HI dan Dukuh Atas, bahkan sempat menutup seluruh stasiun bawah tanahnya.
Baca: Kerusuhan 22 Mei, Rute-rute Transjakarta Ini Stop Operasi Sementara
Selain MRT Jakarta, moda transportasi Transjakarta juga sempat menutup sementara layanan di beberapa koridor. Akibatnya, PT Transjakarta mengalami potensi kerugian sebesar Rp 8 miliar.