TEMPO.CO, Jakarta - TomTom Traffic Index, lembaga pengukur tingkat kemacetan di kota-kota dunia, menjelaskan bahwa pada 2018 tingkat kemacetan di Jakarta menurun hingga 8 persen. Penurunan index itu membuat Jakarta berada di posisi ketujuh sebagai kota termacet di dunia. Sebelumnya Jakarta ada di posisi keempat.
Angka 8 persen itu menjadikan Jakarta sebagai kota dengan tingkat penurunan macet paling besar di dunia. "Level kemacetan turun dari 61 persen pada 2017 menjadi 53 persen pada 2018," bunyi pengumuman di laman TomTom.com pada Ahad pagi, 16 Juni 2019.
Baca: Macet Parah saat Arus Balik, JK: Tanda Kemakmuran Masyarakat Meningkat
Dari data yang dipaparkan laman tersebut, pada 2018, kota Jakarta mengalami kemacetan terparah pada 15 Februari 2018 dengan tingkat kemacetan mencapai 95 persen. Kemacetan saat itu disebabkan banjir yang mengepung Ibukota.
Sedangkan tingkat kemacetan paling kecil terjadi pada 18 Juni 2018, yakni hanya delapan persen. Pada tanggal itu, masyarakat tengah merayakan Hari Raya Idul Fitri dan Jakarta lengang karena ditinggal warganya mudik.
TomTom juga memaparkan tingkat kemacetan di Jakarta paling tinggi terjadi pada malam hari atau saat jam pulang kerja. Pada malam hari, masyarakat membutuhkan waktu ekstra sekitar 26 menit untuk mencapai tujuan. Sedangkan pada pagi hari hanya membutuhkan waktu tambahan sekitar 19 menit.
Baca: Macet Terus di Jakarta dan sekitarnya, Ini Instruksi Jokowi
Dengan ranking nomor tujuh, tingkat kemacetan di Jakarta dapat dikatakan lebih baik dari pada kota Istanbul di Turki yang menduduki ranking 6 dan Moskow di Rusia yang menduduki ranking 5. Sedangkan di ranking nomor 8 ditempati kota Bangkok di Thailand.
Adapun kota dengan tingkat kemacetan terparah di dunia adalah Mumbai di India, yang tingkat kemacetannya mencapai 65 persen. Sebaliknya, kota paling tak termacet di dunia, menurut laman TomTom, adalah Greensboro di Amerika Serikat dengan tingkat kemacetan hanya 9 persen.