TEMPO.CO, Tangerang- Ratusan warga Desa Rawarengas,.Kabupaten Tangerang yang menjadi korban penggusuran proyek landasan pacu atau runway 3 Bandara Soekarno-Hatta masih menggelar aksi blokir jalan, bakar ban dan menaikan layang-layang, Jum'at 28 Juni 2019.
"Bahkan hari ini kami akan menggelar istighosah sambil membakar ban dan naikan layang-layang," ujar koordinator warga Wawan Setiawan kepada Tempo, Jumat pagi ini, 28 Juni 2019.
Baca : Kisruh Runway 3 Bandara, Warga Tolak Relokasi
Menurut Wawan, di hari kelima mereka menggelar unjukrasa, belum ada pihak manapun yang merespon aksi ini. "Belum ada yang respon, baik AP II maupun pemerintah," katanya.
Wawan mengatakan pada aksi hari ini sebanyak 145 kepala keluarga yang terdiri dari 750 jiwa menggelar aksi menuntut pembayaran ganti rugi lahan dan bangunan mereka yang tergusur proyek Runway 3.
"Aksi istighosah dan orasi serta menaikan layangan kami gelar di lapangan RW 15," katanya. Lokasi ini berada hanya beberapa meter dari landasan pacu Bandara Soekarno-Hatta.
Antara lapangan dan pesawat yang tinggal landas dan mendarat hanya dipisahkan pagar besi setinggi dua meter.
Sementara aksi blokir jalan dan bakar ban juga tetap dilakukan dibeberapa titik Jalan Perimeter Utara, salah satu akses masuk dan keluar Bandara Soekarno-Hatta.
Ratusan warga desa Rawarengas hingga kini masih bertahan karena belum menerima ganti rugi atas bidang tanah dan rumah mereka yang tergusur proyek perluasan Bandara Soekarno-Hatta tersebut. Seperti di RW 15, saat ini 145 kepala keluarga atau 750 jiwa masih bertahan.
Belakangan diketahui jika lahan yang mereka tempati tersebut berstatus sengketa karena diklaim beberapa warga. Alhasil, uang ganti rugi mereka tertahan karena dikonsinyasi atau dititipkan ke Pengadilan Negeri Tangerang,
Baca: Lahan Runway 3 Bandara Soekarno-Hatta, Ini Alasan Eksekusi
Sejak Senin 24 Juni warga telah menggelar unjukrasa dengan memblokir akses masuk bandara, jalan Perimeter Utara. Mereka juga melakukan pembakaran ban bekas dan kayu serta beramai ramai menaikan layang layang sebagai bentuk protes. Warga juga bersiap melakukan perlawanan ekskusi paksa yang dijadwalkan 1-8 Juli mendatang.