TEMPO.CO, Bekasi - Petani di Kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi, terancam merugi akibat gagal panen menyusul kekeringan yang berkepanjangan di wilayah tersebut semenjak dua bulan terakhir.
"Satu hektare kalau gagal panen kerugiannya sampai Rp 10 juta," kata seorang petani di Desa Sirnajati, Dedi Supriyadi, pada hari ini, Jumat, 28 Juni 2019.
Dedi memiliki tanaman padi yang telah berusia 60 hari. Meski sudah mengeluarkan bulir gabah namun tidak berisi akibat kekurangan pasokan air. "Kekeringan ini bisa dilihat lumpur atau tanah di sawah retak-retak, air di irigasi juga sudah tidak ada."
Baca: Warga Cibarusah Alami Kekeringan, Pemkab Bekasi Kirim Air Bersih
Dia pun menyatakan pasrah dengan kondisi seperti ini. Semula diperkirakan masih ada cadangan air di saluran irigasi. Namun, tak turun hujan lebih dari sebulan sehingga debit air sungai di sana semakin kecil.
Sekretaris Desa Sirnajati, Sahrudin, menuturkan bahwa 40 persen lahan persawahan di desanya mengalami kekeringan. Kalaupun turun hujan tak akan mempengaruhi kualitas gabah karena kondisi sekarang masuk tahap masa panen. "Di sini ada 20 hektare sawah dengan milik lima kelompok tani," ujarnya.
Menurut Camat Cibarusah, Enop Chan, ada tiga desa terkena kekeringan di wilayahnya, diantaranya Sirnajati, Ridomanah, dan Ridogalih. Setiap hari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi mengirimkan dua tangki air bersih. "Kondisi kekeringan ini terjadi sejak dua bulan terakhir," ujarnya.
ADI WARSONO