TEMPO.CO, Bogor – Keseharian Para Wijayanto, tersangka teroris Jamaah Islamiyah, dikenal sebagai warga yang bisa dibilang tertutup. Aktifitasnya hanya datang ke masjid untuk ibadah kemudian kembali ke rumahnya di Perumahan Pesona Telaga, Cibinong, Kabupaten Bogor.
Petugas Satuan Pengamanan Pesona Telaga, Suaeb, mengatakan tak tahu apa pekerjaan Para Wijayanto yang sudah tiga tahun mengontrak di Jalan Telaga Indah Nomor 26. “Jarang banget ngobrol, paling sebatas negur, udah,” kata Suaeb yang ditemui Tempo kemarin, Minggu, 30 Juni 2019.
Baca: Terduga Teroris Jamaah Islamiyah Dibekuk, Begini Suasana .
Suaeb menduga Para Wijayanto adalah orang dengan kondisi ekonomi yang baik meski tinggal di rumah kontrakan. Dia bahkan mengira orang yang diburu polisi sejak 2003 tersebut berdagang. "Soalnya, mobilnya pertama Fortuner, sekarang ganti Innova."
Suaeb pun mengatakan belum tahu nama lengkap pria kelahiran 1965 itu. Ada yang memanggilnya Wijayanto, tapi kadang disapa Ahmad. "Bnyak deh ada empat panggilannya."
Para Wijayanto, yang disebut-sebut sebagai Amir Jamaah Islamiyah dan pemimpin Al Qaidah di Asia Tenggara, kelompok yang banyak melakukan serangan pada awal 2000, diringkus Detasemen Khusus 88 Mabes Polri pada Jumat lalu, 28 Juni 2019, di Hotel Adaya, Jalan Raya Kranggan, Jatisampurna, Bekasi, Jawa Barat.
Suaeb menceritakan, setelah salat Jumat pada 28 Juni lalu, Para Wijayanto alias Ahmad pergi menggunakan mobil Toyota Innova. "Setelah itu udah enggak pulang, saya dapat info ditangkap di hotel di daerah Bekasi,” ucap Suaeb.
Setelah ditangkap, Para Wijayanto digelandang ke rumah kontrakannya di Jalan Telaga Indah Nomor 26, Perumahan Pesona Telaga, pada Sabtu, 29 Juni 2019, sekitar pukul 11.00 WIB.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri, Inspektur Jenderal Dedi Prasetyo, menyatakan belum mengetahui penangkapan buron itu. “Masih menunggu rilis dari Densus 88,” ucap Dedi, Ahad, 30 Juni 2019.
Baca juga: Umar Patek Sebut Nama Para Wijayanto
Lalu, siapa Para Wijayanto?
Dia sebelumnya disebut sebagai pemimpin Al Qaidah di Asia Tenggara pernah diburu di Thailand. Perburuan ini dipicu oleh informasi dari CIA, badan intelijen Amerika Serikat, bahwa Para Wijayanto yang mengurus semua dokumen untuk pelarian Umar Patek dari Thailand ke Pakistan.
"CIA mendapat informasi ini dari Umar Patek,” kata Direktur Direktur Lembaga Studi Intelijen dan Keamanan Nasional (Siknal) Dynno Chressbon kepada Tempo pada Rabu 30 Maret 2011.
Para Wijayanto bukan orang sembarangan. Menurut Dynno, pria itu dikenal sebagai koordinator "Tim Hambali" di Asia Tenggara.
Hambali adalah warga Cianjur, Jawa Barat, dedengkot Al Qaidah yang dicokok di Thailand lalu ditahan di Guantanamo, penjara Amerika Serikat di Teluk Kuba. Ia dituduh terlibat penyerangan terhadap Amerika pada 11 September 2001. Adiknya, Gun Gun, pernah dipenjara karena membantu memasukkan dana dari Al Qaidah ke Indonesia ketika kuliah Pakistan.
Teroris Umar Patek ditangkap di Pakistan pada awal Maret 2011. Patek dicokok bersama Istrinya. Pemerintah Indonesia sedang berupaya memulangkan tokoh peledakan bom bali I pada 2002 itu. Aparat Pakistan menyebut Patek datang untuk sebuah acara Al Qaidah dalam memperingati 10 tahun penyerangan terhadap Amerika tadi.
ADE RIDWAN YANDWIPUTRA