TEMPO.CO, Jakarta - Rumah Sakit Polri Kramatjati masih merawat seorang korban kerusuhan 22 Mei. Kepala Rumah Sakit Polri Kramatjati Brigadir Jenderal Musyafak mengatakan korban yang masih dirawat adalah Markus Ali.
"Status trauma beratnya karena cedera kepala, sudah teratasi. Sekarang sudah sadar dan kooperatif," kata Musyafak pada Senin, 1 Juli 2019.
Baca: Isa dan Iyo, Catatan Tambahan Kekerasan Brimob di Kampung Bali
Markus menjadi salah satu orang yang ditangkap oleh polisi karena disangka bagian dari massa pelaku kerusuhan 22 Mei. Bersama Markus, ada tiga pemuda lainnya yang ditangkap dengan sangkaan sama dari lokasi yang sama, yakni area parkir Masjid Al Huda, Kampung Bali, Tanah Abang.
Berdasarkan dari keterangan beberapa saksi yang ditemui Tempo saat penangkapan 23 Mei lalu, Markus diduga adalah korban pengeroyokan dalam video yang viral. Dalam video tersebut, tampak sejumlah anggota Brimob memukuli seorang pria berpakaian hitam di depan Masjid Al Huda, Kampung Bali.
Musyafak menjelaskan Markus masuk ke rumah sakit dalam keadaan koma. Selain Markus, banyak korban kerusuhan 22 Mei lainnya yang dirawat di RS Polri, termasuk polisi.
Baca: Komnas HAM: Brimob Melanggar HAM di Kampung Bali
Menurut Musyafak, Markus belum bisa keluar rumah sakit dan masih harus mejalani perawatan meski telah sadar. Sebab, ia mengalami infeksi pankreas dan menderita hepatitis. "Jadi yang bersangkutan ada penyakit bawaan," kata dia.
Sedangkan dua orang lainnya, yang dua pekan lalu masih dirawat di RS Polri, yakni Akbar dan Abdul Halim, telah dibawa pulang keluarganya. "Sedangkan untuk Markus Ali sampai sekarang belum ada keluarganya. Hanya temannya saja yang menjenguknya," kata Musyafak.
Musyafak mengatakan rumah sakit akan merawat siapa pun sampai dinyatakan sembuh tanpa memungut biaya. "Baik masyarakat yang menjadi korban, perusuh atau siapa pun dalam kasus 22 Mei kemarin kami rawat secara profesional," ujarnya.
Bahkan, kata Musyafak, Markus Ali sempat dirujuk untuk dirawat ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan Abdi Waluyo untuk mendapatkan dokter ahli di sana karena masalah infeksi kronis di pankreasnya. "Kami belum bisa pastikan kapan Markus bisa keluar karena kondisinya saat ini masih membutuhkan perawatan," ujarnya.