TEMPO.CO, Jakarta - Togar Situmorang, 53 tahun, sopir angkot Jak Lingko rute Tanah Abang - Kota, mengaku lebih tenang sekarang. Ia membandingkan pengalaman sebelumnya sebagai sopir angkot swasta dengan setelah bergabung Jak Lingko, sebuah program transportasi terintegrasi yang dijalankan Pemerintahan Gubernur Anies Baswedan.
Baca: Jak Lingko Akan Terintegrasi dengan MRT dan KRL
"Gak lagi mikirin setoran, gak mikirin bensin. Kita santai aja pokoknya, ada atau gak ada penumpang itu tergantung di jalannya bagaimana," kata Togar saat ditemui sedang menunggu penumpang di Stasiun Tanah Abang, Kamis 4 Juli 2019.
Togar mengatakan menerima gaji bulanan sesuai UMR, sekitar Rp 3,9 juta sebagai sopir Jak Lingko. Saat menjadi sopir angkot swasta, Togar mengaku memang pernah mendapat Rp 300-350 ribu per hari. Namun, jumlah penumpang angkot semakin sedikit setiap hari.
"Saya sebenarnya masih punya angkot, tapi gak saya bawa lagi karena gak sanggup," kata bapak empat anak tersebut.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menunjukkan kartu Jak Lingko yang ia gunakan untuk naik MRT Jakarta dan bus Transjakarta di Bundaran HI, Jakarta Pusat, Senin, 1 April 2019. TEMPO/M Julnis Firmansyah
Selama di Jak Lingko, Togar juga merasakan mendapat perhatian dari pemerintah daerah yang diaku belum pernah didapat sebelumnya. Beberapa yang disebutnya seperti alokasi khusus anak sopir Jak Lingko di PPDB di sekolah negeri.
Baca: Kemacetan Jakarta Turun, Pemprov DKI Klaim Tujuh Inovasi Ini
Selain itu menerima pengalaman baru berupa pelatihan. Tidak tanggung-tanggung, pelatihan diadakan di Pulau Bali. Itu juga menjadi pengalaman pertamanya menginjakkan kaki di pulau wisata tersebut. "Jadi sekalian liburan," katanya.
Alom, sopir Jak Lingko rute Tanah Abang - Meruya, mengungkap antusiasme yang sama. Dia menyatakan sangat terbantu oleh gaji bulanan. Pria 40 tahun itu sebelumnya juga merupakan sopir angkot swasta. "Dulu uang sih ada tiap hari, tapi gak tahu ya habis aja gitu," kata dia.
Penumpang bersiap menaiki angkutan kota (angkot) Jak Lingko jurusan Tanah Abang-Tawakal di kawasan Tanah Abang, Jakarta, 12 Desember 2018. Jak Lingko tersebut dapat digunakan oleh masyarakat secara gratis dengan menggunakan kartu Jak Lingko. TEMPO/M Taufan Rengganis
Selain gaji bulanan, Elom mengaku juga mendapat bonus dari operator tempat dia bekerja jika melampaui target kilometer per hari yang ditetapkan. Misalnya, 180 kilometer per hari biasa dipenuhi dengan empat kali memutari rute. "Tapi kalau lima kali muter, kan ada kilometer lebih, lumayanlah," katanya.
Direktur Pelayanan dan Pengembangan PT Transjakarta Achmad Izzul Waro juga mengungkap adanya alokasikan uang pembinaan untuk masing-masing operator. Pemanfaatannya terhadap sopir Jak Lingko, kata Izzul, tergantung operator.
Baca: Empat Operator Bus Ini akan Kerja Sama dengan Jak Lingko
"Ada yang buat pelatihan keterampilan secara periodik dan lain-lain," kata dia sambil menambahkan setiap sopir Jak Lingko mendapat jaminan dari BPJS Kesehatan. "Layaknya karyawan tetap di sebuah perusahaan," kata dia.