TEMPO.CO, Jakarta - Greenpeace Indonesia mengomentari rencana membuat hujan buatan untuk mengatasi polusi udara Jakarta. Rencana yang tengah dibahas Gubernur Anies Baswedan tersebut dinilai salah fokus.
Baca: Rencana Hujan Buatan di DKI Jakarta, Anies Baswedan: BPPT Offside
Juru kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Bondan Ariyanu, menilai sia-sia saja hujan buatan. Dia menyarankan Pemerintah DKI fokus mengendalikan sumber polusi udara Ibu Kota.
Dia menuturkan, pembersihan udara Jakarta dengan cara melarutkan polutan melalui hujan buatan hanya bersifat sementara. Sebab, senyawa polutan baru bakal naik lagi ke atmosfer ketika hujan berhenti.
"Kan tidak bisa bikin hujan seharian," kata Bondan saat dihubungi, Senin 8 Juli 2019. Dia menambahkan, "Katakanlah tiga jam, habis tiga jam apa sumber-sumber polutan tadi berhenti? Enggak kan, masih ada lagi."
Pekatnya polusi kendaraan bermotor hingga menyelimuti sejumlah Gedung-gedung perkantoran dan rumah penduduk yang menyebabkan pencemaran udara di Jakarta, Kamis, 19 Juli 2012. Tingginya tingkat pencemaran udara yang disebabkan meningkatnya jumlah populasi kendaraan bermotor yang menjadikan ancaman bagi warga Jakarta rentan terkena berbagai penyakit, seperti paru-paru, kanker, dan penyakit Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). TEMPO/Imam Sukamto
Karena itu, Bondan menekankan, Pemda DKI sebaiknya fokus mengendalikan sumber polusi udara. Hujan buatan dinilai tak menyelesaikan masalah apabila sumber polusi itu sendiri tidak dikendalikan.
Baca: Hujan Buatan Anies Baswedan, Greenpeace Beri Kritik Tajam
Bondan mengilustrasikannya dengan empat titik kebakaran di dalam rumah. Pemadaman api fokus di satu titik, sementara tiga titik lainnya terabaikan. "Api di tiga titik itu berpotensi membesar," katanya.