TEMPO.CO, Jakarta - Jurnalis dan sastrawan Arwsendo Atmowiloto, wafat di rumahnya, Jalan Pulogayung, Petukangan Selatan, Jakarta Selatan, Jumat petang, 19 Juli 2019. Selama ini Arswendo sakit kanker prostat.
Dari pantauan Tempo, di lokasi rumah duka tampak beberapa sahabat almarhum, di antaranya Olivia Zalianty, Bre Redana, Seno Gumira Ajidarma, Slamet Rahardjo, dan Novia Kolopaking, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
"Semoga keluarga diberikan ketabahan," kata Anies di rumah duka. Anies mengaku mengenal sosok Arswendo Atmowiloto saat masih duduk di bangku SMA.
Berikut sepak terjang Arswendo di dunia jurnalistik, kepenulisan, serta kontroversi yang sempat menghinggapi Arswendo.
1. Dunia Jurnalistik
Arswendo memulai perjalanan karirnya di bidang jurnalistik sebagai wartawan di harian Kompas. Selanjutnya, Arswendo sempat menjabat sebagai pimpinan redaksi di majalah Hai, majalah Senang, dan tabloid Monitor.
Salah satu jejak kewartawanan Arswendo, sempat diunggah oleh jurnalis Tempo, Leila S Chudori, di akun Instagramnya. Unggahan tersebut berisi foto halaman majalah Hai tahun 1978, berisi tulisan Arswendo hasil wawancara dengan Leila, yang saat itu dikenal sebagai penulis remaja yang karyanya banyak dimuat media.
"Habis menjenguk mas Arswendo Atmowiloto yang sedang sakit. Kebetulan ada pembaca yang posting wawancara mas Wendo dengan saya di majalah Hai puluhan tahun silam waktu saya 16 tahun. Cepat sembuh, mas," tulis Leila di akun Instagramnya @leilachudori, 21 Juni 2019.
2. Kontroversi
Saat menjabat di tabloid Monitor, Arswendo dirundung kontroversi. Pada 1990 ia dipenjara karena dalam sebuah jajak pendapat di tabloid Monitor tentang “50 tokoh yang dikagumi pembaca.”
Hasil jajak pendapat tersebut menunjukan posisi Arswendo ada di peringkat ke-10, berjenjang sembilan nomor dari mantan Presiden Soeharto yang duduk di posisi pertama. Namun yang menimbulkan kontroversi adalah, Arswendo berada tepat di atas Nabi Muhammad, yang bertengger di nomor sebelas.
Ia pun dianggap melecehkan agama, banyak tokoh Islam yang mengecam Arswendo dan Monitor. Atas persoalan ini, Arswendo akhirnya diadili di pengadilan, dan divonis penjara lima tahun.
3. Naskah dan Buku
Pengalamannya di penjara tersebut membuahkan karya, setidaknya sebuah buku berjudul “Khotbah di Penjara”. Di luar buku ini dan dunia jurnalistiknya, Arswendo memang aktif menulis.
Arswendo Atmowiloto merupakan sosok penulis di balik sinetron populer era 1990-an, Ali Topan Anak Jalanan. Ia juga diketahui sempat menyabet penghargaan dari Dewan Kesenian Jakarta atas naskah drama yang ditulisnya.