TEMPO.CO, Jakarta - Sabtu 20 Juli 2019 ini sudah hampir sepuluh hari para pengungsi pencari suaka tinggal di eks Gedung Kodim, Jalan Bedugul, Kalideres, Jakarta Barat. Berseribu lebih di gedung berkapasitas 300-an orang dengan fasilitas tenda dan toilet-toilet portabel yang aliran airnya bermasalah mereka mengaku lebih nyaman.
Ali Mohammad, koordinator imigran asal Afghanistan--kelompok asal imigran terbesar--membandingkannya dengan ketika mereka harus tinggal di pinggir jalan atau trotoar. "Kami merasa aman ditempatkan di sini," katanya ketika ditemui di lokasi pengungsian itu.
Rupanya, 'kenyamanan' itu tak akan bertahan lama. Ali mengungkap hasil rapat yang diikutinya dengan Pemerintah DKI Jakarta kalau aliran bantuan bisa stop pada pekan depan.
Pemda DKI, katanya, tidak akan lagi memberikan bantuan logistik maupun tempat tinggal. Setidaknya tidak ada jaminan fasilitas sama seperti yang diterima selama ini karena alasan ketiadaan anggaran khusus.
"Kami jadi bingung dan cemas. Kalau bisa kami diizinkan bekerja," ujar Ali sambil menambahkan kalau tak ada bantuan lain yang diterima. "UNHCR (Komisi PBB yang mengurusi pengungsi) dan IOM (Organisasi Migrasi Internasional) sudah tidak lagi memberikan bantuan, selanjutnya kami ke mana tidak ada kejelasan," katanya lagi.
Ali dan warga lainnya asal Afganistan tidak berharap pulang. Mereka mengaku menghindari peperangan. Mereka masih berharap bisa ke Australia. "Selama ini kami sangat berterima kasih kepada semua yang membantu, kami hanya ingin mendapatkan kehidupan yang baik seperti sebelum negara kami dilanda konflik," ujarnya.
Kepala Rumah Detensi Imigrasi Kalideres Jakarta Barat Morina Harahap mengatakan sedang mendata jumlah pasti pengungsi para pencari suaka itu. Data yang ada saat ini hanya menyebut 1.266 orang berdasarkan pengambilan makan siang.
"Kami data satu persatu, kami datangin ini orangnya, ini keluarganya supaya kami tahu berapa jumlah pastinya dan data rincinya," kata Morina di eks Gedung Kodim, Jumat 19 Juli 2019.
Para pencari suaka itu kebanyakan datang dari Afganistan sebanyak 971 orang. Disusul Somalia (130), Sudan (70), Pakistan (45) dan Etiopia (30). Selebihnya ada dari Irak, Iran, Palestina, Cina dan Italia.