TEMPO.CO, Jakarta - Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dinobatkan sebagai sosok yang menginspirasi soal integritas dan etos kerja sehingga dianugerahi penghargaan Roosseno Award. Dewan Testimoni Roosseno Award IX-2019 menilainya dari kebijakan dan inovasi yang Ahok buat ketika menjabat gubernur DKI Jakarta.
Penasehat Roosseno Award IX, Toeti Heraty N. Roosseno, mengatakan Ahok telah membuat terobosan dalam mereformasi birokrasi hingga mengubah wajah Jakarta. Perubahan itu kini dirasakan di pemerintahan DKI.
"Seorang gubernur yang hendak meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu ketertiban kota metropolitan memang perlu melaksanakan gebrakan baik pada keribetan birokrasi, non-transparansi sistem anggaran, dan kelonggaran disiplin," kata Toeti dalam sambutannya di Roosseno Plaza, Kemang, Jakarta Selatan, Senin, 22 Juli 2019.
Adapun Dewan Testimoni Roosseno Award IX terdiri dari tujuh orang. Mereka adalah Saparinah Sadli, Henny Supolo Sitepu, Emil Salim, Franz Magnis Suseno, Syafi'i Maarif, Goenawan Mohammad, dan Daniel Dhakidae. Penilaian Dewan Testimoni diperkuat oleh dua narasumber, yakni mantan Wakil Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat dan ahli hukum, Achmad Santosa.
Roosseno Award IX-2019 diberikan kepada Ahok. Toeti mengutarakan, pihaknya mempertimbangkan empat inovasi Ahok. Berikut rinciannya:
1. Prinsip Ahok untuk mereformasi birokrasi
Selama bekerja, Ahok dipandang telah memberantas pungutan liar (pungli) di DKI dengan memunculkan transparansi anggaran melalui e-budgeting. Menurut Toeti, Ahok menaikkan gaji pegawai negeri sipil (PNS) DKI yang nilainya di atas PNS luar Jakarta. Selanjutnya menerapkan sistem lelang untuk pengadaan barang, seperti tanaman hias, alat tulis kantor, seragam, dan lainnya.
2. Sukses mengubah wajah Jakarta dengan pasukan pelangi yang responsif
Pasukan pelangi yang dimaksud bertugas memelihara kebersihan lingkungan Ibu Kota. Masing-masing pasukan berada di naungan dinas terkait.
Ahok menjadi pelopor munculnya pasukan oranye yang fokus pada penanganan sampah, pasukan hijau untuk mengelola tanaman, dan pasukan ungu guna melayani kesehatan warga lanjut usia (lansia) dan dimensia.
Ada juga pasukan biru yang ditugaskan menjaga kebersihan saluran air sebagai langkah antisipasi terhadap banjir. Terakhir adalah pasukan kuning untuk mewujudkan sarana dan prasarana jalanan atau trotoar rusak.
3. Penanganan pengaduan warga
Toeti menilai, Ahok menyediakan akses bagi warga untuk menyuarakan keluhannya. Keluhan itu kemudian ditindaklanjuti ke saruan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait sesuai Peraturan Gubernur Nomor 108 Tahun 2016.
Ahok mengimplementasikannya dengan tiga cara. Mulai dari menemui warga di pendopo Balai Kota DKI setiap pagi, menciptakan aplikasi Qlue, hingga SMS gubernur. Ahok kerap membagikan kartu nama kepada warga saat blusukan.
4. Membangun sarana penunjang lingkungan
Menurut Toeti, Ahok berhasil membangun sarana penunjang lingkungan di DKI. Contohnya, simpang susun Semanggi, pembangunan masjid di Balai Kota, dan revitalisasi masjid tua di Jalan Tubagus Angke.
Ahok juga memindahkan warga yang tinggal di bantaran sungai dan di bawah jembatan ke rumah susun (rusun). Pemerintah DKI membangun puluhan ribu unit rusun. Kemudian membangun Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA).