TEMPO.CO, Bogor – Ketua International Networking For Humanitarian (INH) Lukmanul Hakim menyebut total pengungsi dari sejumlah negara pencari suaka dari berbagai negara yang berada di Kabupaten Bogor berjumlah sebanyak 1.700 orang.
Menurut Lukmanul, dengan banyaknya pengungsi itu, Kabupaten Bogor sempat diusulkan untuk membuat lokasi penampungan Warna Negara Asing (WNA) pencari suaka tersebut. “Tapi masih dalam pembahasan, dan belum dapat terealisasi dalam waktu dekat,” kata dia dikonfirmasi Tempo, Selasa, 23 Juli 2019.
Lukmanul mengatakan salah satu hambatannya adalah ketidaktersediaan anggaran. Sebab, lembaga donatur dari Australia yakni International Organization for Migration (IOM) telah mengehentikan kucuran anggarannya kepada UNHCR, lembaga PBB untuk pengungsi.
“Semenjak Australia menyetop bantuan untuk pengungsi, anggaran pun menurun, kecuali kalau bantuan IOM kembali dikucurkan,” kata Lukmanul.
Berdasarkan data yang dimilik lembaga kemanusiaan yang membantu penyaluran bantuan korban konflik ini, Lukmanul mengatakan jumlah pengungsi terbanyak berasal dari negara Timur Tengah, yakni Afganistan, Palestina dan sebagainya. Jumlah tersebut pun belum ditambah dengan pengungsi non pencari suaka.
“Kalau ditambah non pencari suaka bisa mencapai 2000-an, dan itu tersebar ada yang lari ke penampungan di Tangerang dan beberapa juga ke Jakarta,” kata Lukmanul.
Lukmanul mengatakan, menurut pengakuan para pengungsi dan pencari suaka ini, alasan memilih Kabupaten Bogor sebagai lokasi pengungsian karena dikenal dengan cuaca yang dingin, “Nama Puncak cukup terkenal karena daerah dingin, beberapa pengungsi mengetahui istilah Puncak,” kata dia.