TEMPO.CO, Bogor - Sebanyak 30 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi se-Indonesia melaksanakan seleksi Pemilihan Mahasiswa Berprestasi 2019 di Bogor, Selasa 23 Juli 2019. Mereka akan memperebutkan predikat mahasiswa berprestasi.
"Sebenarnya perguruan tinggi yang ikut lebih dari 200, tapi yang lolos seleksi hanya 30 mahasiswa ini, 15 mahasiswa dari jenjang vokasi, dan 15 mahasiswa dari sarjana," ujar Kepala Subdirektorat Penalaran dan Kreativitas Belmawa Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Misbah Fikrianto kepada ANTARA di Bogor, 24 Juli 2019.
Menurutnya, untuk sampai tahap final mahasiswa berprestasi di tingkat nasional ini, para mahasiswa terlebih dahulu mengikuti seleksi internal di perguruan tinggi. Masing-masing wakil perguruan tinggi lantas mengikuti seleksi tingkat gabungan secara online.
Misbah mengatakan, metode penilaian untuk 30 kontestan ini dibagi menjadi empat poin. Pertama, meninjau karya ilmiah para peserta dengan cara menguji validitas, kebenaran, dan keunikannya.
"Kedua karya unggulan, tidak hanya karya akademik, apakah aktif di kegiatan kemahasiswaan. Ketiga bahasa inggris, nanti mahasiswa mendapatkan isu, nanti mereka presentasi dan tanya jawab," kata Misbah.
Poin penilaian terakhir yaitu psikotes. Pada poin ini peserta akan dinilai dari kepribadiannya, meliputi kedisiplinan, kerjasama, gaya komunikasi, hingga mengenai wawasan kebangsaannya.
Sementara itu, Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Arif Satria yang menghadiri acara pembukaan "Pemilihan Mahasiswa Berprestasi 2019", mengaku bangga lantaran mejadi tuan rumah dari ajang seleksi tingkat nasional itu.
"Saya senang sekali karena bertempat di Bogor, ini kesempatan mahasiswa mengenal Kota Bogor," ujarnya.
Di samping itu, ia berharap agar seleksi itu menghasilkan mahasiswa yang memiliki keseimbangan antara empat skill, yakni soft skill, hard skill, karakter, dan integritas.
"Mahasiswa berprestasi ini merupakan ajang untuk memilih mahasiswa yang memiliki keseimbangan. Hasil survei di manapun sukses bukan karena hard skill, tapi ada keseimbangan," kata Arif Satria.