TEMPO.CO, Jakarta -Kehadiran para pencari suaka yang diungsikan di bekas Gedung Kodim Daan Mogot Kalideres tidak ditolak oleh seluruh warga.
Menurut Ketua RT 05 RW 17 Daan Mogot, Lingga sebagian warga menerima kehadiran seribuan pencari suaka tersebut. "Tidak semua yang menolak, ada warga yang juga menerima," ujarnya saat dihubungi, Sabtu 27 Juli 2019.
Lingga mengatakan bahkan ada warga yang memberikan bantuan kepada pengungsi tersebut. Sedangkan reaksi penolakan warga tampak dengan terpampangnya sejumlah spanduk yang berisikan penolakan warga. Meski sudah tiga minggu di Daan Mogot, menurut Lingga masih ada warga yang menolak.
Lingga mengatakan warga mengeluhkan aktivitas pengungsi yang kerap di area perkomplekan tersebut, seperti berkeliaran hingga tidur di depan ruko-ruko saat malam hari.
Menurut Lingga, warga juga merasa ketakutan karena lokasi pengungsian berada tidak jauh dari sekolah. "Warga juga ketakutan karena anak-anak bersekolah dekat pengungsian," ujarnya.
Sebagai panjang tangan pemerintah, Lingga mengaku dilema dalam menanggapi pro kontra tersebut. "Kami sebagai RT tentu menerima semua keluhan warga, ada yang menolak tentu kami harus salurkan," ujarnya.
Lingga berharap pemerintah dan pihak yang terlibat segera mengambil kebijakan agar pro kontra penolakan masyarakat selesai. "Kepada pemerintah agar mengambil langkah agar tidak ada lagi pro kontra penolakan ini," ujarnya.
Kepala Bidan Perlindungan dan Jaminan Sosial, Dinsos DKI Jakarta, Tarmijo Damanik meminta warga untuk memaklumi kondisi adanya 1.300 jiwa lebih pencari suaka dari beberapa negara tersebut. "Ini kan darurat, selain itu juga misi kemanusiaan," ujarnya.
Menurut dia saat pencari suaka juga sudah tertib dan tidak berkeliaran. "Sekarang sudah tidak mengganggu," demikian Tarmijo Damanik.