TEMPO.CO, Jakarta -Dilaranag orang tua, sepuluh anak pencari suaka asal Afganistan tetap mengikuti proses belajar mengajar di Healping Hands Outreach, Jalan Bedugul, perumahan Daan Mogot Baru, Kalideres, Jakarta Barat.
Tutor Healping Hands Outreach, Hans Deni mengatakan pihaknya tetap menerima anak-anak para pencari suaka bagi siapapun yang ingin belajar.
"Kami ingin mengedukasi mereka, kalau mereka tidak mau itu tidak masalah. Mereka datang kami layani," kata Deni di Healping Hands Outreach, Senin, 29 Juli 2019.
Deni mengatakan penolakan itu sepenuhnya kembali ke hak pancari suaka. Sedangkan pihaknya tidak memaksakan bagi siapapun yang ingin belajar. Mereka hanya berharap kepada pencari suaka atas kesadaran sendiri untuk datang belajar.
Lebih lanjut Deni menuturkan proses belajar yang akan diberikan sifatnya temporeri, melihat situasi dan kondisi sampai kapan pencari suaka akan tinggal di Kalideres. Sedangkan kurikulum yang akan diajarkan tentang bagaimana membangun karakter dan prosedural hidup.
"Kurikulum kita lebih ke kurikulum bagaimana membangun karakter mereka sih, jadi sasaran kita adalah ke karakter, prosedural hidup seperti cara beretika dan bagaimana berintraksi dengan orang lain. Itu dulu sasaran kita selama 6 bulan kedepan," katanya.
Tempo melihat pada hari pertama sekolah tidak banyak anak-anak yang ikut belajar. Terdapat sepuluh anak asal Afganistan usia 8-15 tahun, yang di dampingi oleh mahasiswa Universitas Pelita Harapan dan satu guru yang berasal luar negeri.
Sedangkan orang tua pencari suaka asal Somalia, Abdurrahman mengatakan jika menyekolahkan anak sekarang disini maka dia beranggapan proses untuk tinggal di Kalideres akan lebih lama lagi.
Selain itu dia menyebut menyekolahkan anak sekarang akan tidak efektif karena kondisi penampungan pencari suaka di Kalideres tersebut yang belum kondusif. "Kita ramai disini di penampungan, bagaimana anak-anak bisa belajar dengan nyaman. Anak-anak disini juga tidak mau, kalau akan sekolah kami kembali lagi tinggal di Kebon Sirih," katanya.