TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto mengatakan polusi udara dapat memicu terjadinya kanker paru-paru karena sifat polutan yang karsinogenik. Namun ternyata tak hanya kanker, Agus menjelaskan berdasarkan penelitian World Health Organization (WHO), polusi udara menyimpan segudang ancaman penyakit bagi yang menghirupnya dalam jangka waktu panjang.
"Polusi udara berhubungan dengan penyakit paru dan pernapasan seperti ISPA, asma, bronkitis, PPOK, penyakit jantung, dan stroke," ujar Agus saat jumpa pers di Cipinang Bunder, Jakarta Timur, Rabu, 31 Juli 2019.
Pada anak-anak, Agus mengatakan polusi udara dapat meningkatkan risiko penurunan fungsi paru, kanker, gangguan perkembangan mental dan motorik, hingga gangguan kognitif. Di beberapa kasus, Agus mengatakan polusi udara mengakibatkan turunnya produktivitas masyarakat karena sering jatuh sakit.
Kualitas udara Jakarta sempat berada di indeks sangat tidak sehat pada 26 Juni 2019. Berdasarkan data Air Visual, situs penyedia data kualitas udara, indeks kualitas udara Jakarta ada di angka 206. Sampai hari ini, indeks kualitas udara masih buruk. Pemerintah DKI menyebut buruknya kualitas udara Jakarta secara umum karena banyaknya kendaraan.
Meski begitu, Agus mengatakan seluruh penyakit tadi tak serta merta langsung muncul saat udara di suatu kota tengah buruk. Menurut dia, memerlukan waktu paparan polusi hingga bertahun-tahun sampai semua penyakit itu timbul.
Polusi udara yang ia maksud pun tak hanya berasal dari luar ruangan yang dihasilkan oleh emisi kendaraan, akan tetapi juga polusi dalam ruangan yang berasal dari asap rokok. Menurut Agus, kedua jenis polusi ini sama-sama berbahaya dan dapat menyebabkan kanker paru. "Persentasenya itu 86 persen kanker paru karena rokok dan 4 persen dari polusi udara," ujarnya.