TEMPO.CO, Bogor - Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Dramaga memprediksi puncak kemarau yang terjadi di Jabodetabek khususnya wilayah Bogor akan terjadi hingga dua bulan mendatang. Kota Hujan tersebut juga disebut telah mengalami krisis air bersih.
"Cuaca panas dan kering yang cukup ekstrim yang terjadi dalam dua pekan terakhir karena puncak musim kemarau melanda sebagian besar wilayah Bogor," kata Kasi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor Hadi Saputra, Kamis 1 Agustus 2019.
Dia mengatakan berdasarkan pantauan citra satelit, puncak musim kemarau yang terjadi diwilayah Bogor akan terjadi mulai awal Agustus atau hari ini hingga akhir September mendatang. Akibatnya, cuaca panas dan temperatur udara maksimum pada siang hari di wilayah tersebut bisa mencapai 33,7 derajat selsius. Hadi juga menyatakan bahwa saat ini Bogor sudah mulai mengalami krisis air bersih.
"Puncak kemarau antara Agustus sampai September, sehingga suhu udara pada siang hari sangat panas," kata dia.
"Untuk temperatur suhu minimum di musim kemarau di wilayah Bogor meski hanya 21 derajat selsius, akan tetapi sebagian besar wilayah Bogor sudah kekeringan bahkan mengalami krisis air bersih," kata dia.
Menurut dia, berdasarkan analisis selama puncak musim kemarau yang melanda wilayah Bogor selama dua bulan mendatang, matahari akan lebih terik dan kering,
"Namun di puncak musim kemarau temperatur malam hari lebih dingin dibawah rata-rata," kata dia.
Menurut dia, kondisi tersebut akibat dari radiasi pada malam hari langsung ke angkasa tanpa ada hambatan awan, jadi temperatur lebih dingin, sangat berbeda dengan musim hujan.
"Kalau siang terasa hangat karena radiasi yg dilepas bumi terpantul kembali oleh awan," kata dia.
Hadi pun menghimbau masyarakat untuk menjaga kondisi kesehatan karena puncak musim kemarau ini. Menurut dia, pada musim seperti ini masyarakat dihantui penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA).
"Penyakit Ispa sangat rawan dan menjadi ancaman bagai masyarakat pada musim kemarau, "kata dia.
Selain rawan terkena ISPA, pada puncak musim kemarau ini pun kejadian kebakaran menjadi ancaman paling besar karena suhu sangat kering.
"Masyarakat harus mengantisipasi ancaman kebakaran lahan dan kebakaran rumah akibat kondisi kering," kata dia.
Kekeringan yang melanda Bogor juga tampak sudah terlihat berdampak di ibukota DKI Jakarta. Ketinggian air di Pintu Air Manggarai, Jakarta Selatan dikabarkan mulai surut sejak dua bulan terakhir.