TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat lingkungan menyarankan agar tumpahan minyak Pertamina yang mengancam Teluk Jakarta dibersihkan dengan cara penyedotan untuk menjaga lingkungan.
Tumpahan dari sumur YYA-1 area Pertamina Hulu Energi di Blok Offshore North West Java (ONWJ) itu membuat para nelayan Marunda resah karena bisa menyebabkan banyak ikan mati.
Pegiat lingkungan Walhi Dwi Sawung mengatakan penyedotan minyak yang tumpah ini bertujuan menjaga keberlangsungan ekosistem biota laut. Kegiatan para nelayan juga terancam oleh pencemaran tumpahan minyak di kawasan pantai utara itu.
"Harus disedot dan diambil, ke pihak ketiga yang mengolah limbah tersebut. Jangan hanya disemprot saja dengan cairan dispersan untuk memecah minyak," ujar pegiat lingkungan Walhi Dwi Sawung di Jakarta, Jumat 2 Agustus 2019.
Dwi menjelaskan, jika tumpahan minyak dipecah menggunakan cairan dispersan, tetesan minyak yang turun ke dasar laut akan berdampak pada kematian hewan laut, tambak dan terumbu karang. "Solusinya disedot minyak di atas permukaan air, baru nanti ditampung di tempat pengolahan minyak di darat," ujar Dwi.
Pengamat lingkungan dari Jakarta Urban Coallition Ubaidillah juga menyarankan penyedotan tumpahan minyak agar tidak terjadi perluasan. "Limbah minyak itu harus diambil, tidak boleh meluas, karena akan berdampak pada wilayah Jakarta, Banten, Kepulauan Seribu, dan Pulau Sumatera juga bisa kena akibat jumlah limbah yang cukup besar," ujar dia.
Akademisi Universitas Negeri Jakarta itu menyebutkan, pencemaran tumpahan minyak Pertamina akan berdampak langsung kepada warga jika telah menyentuh garis pantai di Teluk Jakarta. Misalnya, pada pemukiman di sekitar wilayah Marunda, Cilincing, Kamal Muara, Muara Angke, pelabuhan, termasuk area konservasi hutan mangrove. "Kalau masuk Kepulauan Seribu lebih berbahaya, karena penduduknya bergantung dengan pesisir pantai, dan bisa menurunkan potensi wisata. Pulau Untung Jawa, Pari, Tidung, Pramuka sangat berpotensi terkena dampak limbah," ujar dia.