TEMPO.CO, Tangerang Selatan - Kontras dengan kompleks permukiman elit Nusa Loka BSD Tangerang Selatan yang menjepitnya dengan dinding jalan tol, rumah Yekah (38 tahun) jauh dari kata layak huni. Bangunannya yang kebanyakan dari triplek hampir roboh dengan atap bolong di beberapa tempat dan gentengnya yang melorot.
Yekah adalah sehari-hari buruh cuci. Rumah tempatnya dan keempat anaknya bernaung berlokasi di Kampung Pondok So, Kelurahan Rawamekar Jaya. Rumah itu boleh dibilang menyisakan satu ruangan di bagian tengah. Di situ Yekah mengajak anggota keluarganya tidur, berkumpul dan menonton televisi sehari-hari.
"Kondisinya begini kalau hujan tampias, kalau malam ya banyak nyamuk karena memang ada bagian rumah ini yang bolong," katanya saat ditemui pada Kamis 1 Agustus 2019.
Rumah tinggal Yekah (38) dan empat anaknya di Kampung Pondok So, Kelurahan Rawamekar Jaya, Serpong, Tangerang Selatan, Kamis 1 Agustus 2019. Rumah ini terjepit di antara kompleks elite dan tembok jalan tol. TEMPO/M KURNIANTO
Yekah juga mengatakan bahwa di ruangan tengah rumahnya itu hanya ada satu kasur untuk tidur ketiga anaknya yang masih kecil. Sedangkan ia dan anak pertamanya tidur di lantai beralas karpet.
Masih di ruangan seukuran 3x4 meter itu pula berjejal lemari pakaian, televisi, kasur, tumpukan pakaian, kipas angin, serta satu unit kulkas yang sudah rusak. Dekat kasur terdapat celah atau lubang yang ditutupi, sementara atapnya sudah reyot serta bolong.
Kamar mandi tak bisa disebut kamar lagi. Atapnya hanya dari spanduk bekas dan dinding samping ditambal triplek. Belum lagi kondisinya kumuh dan situasi sekitarnya yang sangat berantakan dengan puing dari rumah itu dan sampah lainnya yang lebih mirip baru saja menjadi korban gempa kuat.
Untuk bisa sampai ke rumah Yekah, harus masuk dan melewati komplek Nusa Loka BSD. Rumah Yekah berada paling belakang dan dikelilingi tembok beton yang berbatasan dengan kompleks perumahan dan jalan tol.
Rumah tinggal Yekah (38) dan empat anaknya di Kampung Pondok So, Kelurahan Rawamekar Jaya, Serpong, Tangerang Selatan, Kamis 1 Agustus 2019. Rumah ini terjepit di antara kompleks elite dan tembok jalan tol. TEMPO/M KURNIANTO
"Tadinya ini satu kampung, sejak ada pembangunan tol Serpong-Jakarta jadi terbelah," katanya, "Rumah saya ini sewaktu bapak saya masih ada tadinya mau dibeli bangunannya sama pengembang tol tapi bapak saya tidak mau jual."
Sang ayah mungkin tak menyangka akibat dari keputusannya itu. Yekah dan anak-anaknya kini terjepit dan terkucil dalam kemiskinannya. Tetangga mereka adalah nyamuk-nyamuk dan beberapa jenis binatang liar yang lalu lalang. Termasuk biawak dan ular.
"Ya sudah biasa seperti itu, mau bagaimana lagi," kata Yekah. Dia sangat berharap perhatian pemerintah Kota Tangerang Selatan. "Syukur kalau bisa membedah rumah atau merenovasi rumah saya ini," katanya sambil menerawang ke sekeliling
KOREKSI:
Judul artikel ini mengalami sedikit perubahan untuk membuatnya lebih tepat pada Sabtu 3 Agustus 2019, jam 11.57 WIB