TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan akan mulai membahas rencana pembangkit listrik khusus untuk operasional MRT Jakarta Ratangga. Pembahasan akan dilakukannya bersama Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Kebutuhan satu pembangkit listrik khusus menyusul terhentinya operasional MRT Jakarta saat listrik padam pada Minggu 4 Agustus 2019u. "Ke depan kami akan bicarakan bersama-sama PLN untuk memiliki pembangkit sendiri khusus untuk MRT," ujar Anies saat ditemui di Balai Kota, Rabu 8 Agustus 2019.
Pembangunan dibidik saat jaringan MRT sudah lebih luas daripada fase pertama Lebak Bulus-Kota yang sudah beroperasi sekarang. Saat ini, pasokan listrik untuk MRT Jakarta mengandalkan subsistem I dan II sebesar 150 kilovolt. Keduanya tak bisa mengelak dari gangguan pada Ahad lalu sekalipun MRT Jakarta memiliki kontrak layanan premium dengan PLN.
Anies menambahkan, dalam perencanaannya, subsistem II menjadi cadangan listrik saat Subsistem I padam. Namun yang terjadi, subsistem II juga padam. "Kejadian kemarin itu karena sumber listrik di barat Jawa terganggu, maka kedua sumber ini juga terganggu," ujar Anies.
Pada Minggu 4 Agustus, sebanyak tujuh rangkaan kereta Ratangga berhenti mendadak. Seluruh penumpangnya dievakuasi dari jalur-jalur layang maupun bawah tanah. Sempat berhenti operasi delapan jam, MRT Jakarta menghitung kerugian sekitar setenga miliar rupiah di luar moril dan materil.