TEMPO.CO, Jakarta -Sejumlah pedagang kerajinan rotan di Jalan Pramuka, Kelurahan Utan Kayu, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur, menilai implementasi rekayasa lalu lintas perluasan ganjil genap bakal merugikan usaha mereka.
"Sebab mayoritas konsumen kita pasti ngangkut belanjaannya pakai mobil. Kecuali produk kecil, bisa pakai motor," kata pemilik kios Pramuka Rotan, Djamal, 44 tahun di Jakarta, Kamis 8 Agustus 2019.
Tidak kurang dari supuluh kios penjualan perabot rumah tangga berbahan baku rotan berjejer di pedestrian Jalan Pramuka, tepat di sebelah Underpass Pasar Pramuka.
Mereka umumnya memanfaatkan lahan di pinggir jalan sebagai tempat display produk yang dikirim dari Cirebon maupun Jepara.
16 Ruas Jalan Perluasan GANJIL GENAP 9 September 2019
Djamal mengatakan mayoritas konsumen berasal dari luar Jakarta, seperti Bekasi, Bogor, hingga Tangerang yang datang membawa mobil untuk mengangkut barang yang mereka beli di kios.
"Otomatis konsumen kita juga bisa berkurang karena imbas ganjil-genap nanti," katanya. Dia berharap pemerintah kembali meninjau ulang kebijakan tersebut, mengingat di Jalan Pramuka banyak berdiri pertokoan dan kios pasar.
Pedagang rotan lainnya, Edi (58), mengaku tidak sanggup jika harus memfasilitasi konsumen dengan kendaraan pengantar barang.
"Konsumen saya biasanya bawa sendiri pakai mobil atau motor. Kalau kita sediakan mobil untuk kirim ke rumah bisa bikin harga tambah mahal," katanya.
Edi pernah mencoba melakukan pengiriman barang perabot rotan menuju kawasan Salemba yang berjarak sekitar 2 kilometer dari kiosnya. Jalan Salemba-Matraman kini termasuk salah satu jalan yang diberlakukan perluasan ganjil genap. "Dari sini ke Salemba saja ongkosnya bisa Rp 100.000 sekali antar," katanya.
ANTARA