TEMPO.CO, Jakarta - Kualitas Udara di DKI Jakarta pada Jumat siang ini, 9 Agustus 2019, menjadi yang ketiga terburuk di dunia. Berdasarkan pantauan Tempo di laman Air Visual, kualitas udara di ibu kota masih masuk dalam kategori tak sehat bagi masyarakat yang sensitif.
Pada pukul 10.00 WIB kualitas udara DKI Jakarta tercatat di angka 146 berdasarkan US Air Quality Index (AQI) dengan parameter PM 2,5 konsentrasi 64.4 µg/m³. Angka itu menempatkan Jakarta sebagai kota ketiga terburuk di dunia di bawah Kabul, Afganistan dan Dubai, Uni Emirat Arab.
Angka tersebut sedikit menurun dibandingkan pada Kamis kemarin yang mencatatkan kualitas udara Jakarta di angka 156 atau kategori tidak sehat.
Rawamangun, Jakarta Timur, menjadi kawasan dengan kualitas terburuk di DKI Jakarta terburuk pada hari ini. Tercatat kualitas udara di sana mencapai angka 163 dengan parameter PM 2.5 konsentrasi 78 µg/m³. Kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, menjadi daerah dengan kualitas terburuk kedua dengan angka 154 parameter 2.5 konsentrasi 62 µg/m³.
Meskipun demikian, dibandingkan kota-kota besar di kawasan ASEAN, DKI Jakarta masih menjadi kota dengan polusi udara paling tinggi. Peringkat kedua kota dengan polusi udara tertinggi di ASEAN ditempati oleh Hanoi, Vietnam, dengan angka 85 dengan parameter PM 2,5 konsentrasi 28.2 µg/m³.
Singapura berada di posisi ketiga dengan angka 81 dengan parameter PM 2.5 konsentrasi 26,5 µg/m³.
Berdasarkan ramalan AirVisual, kualitas udara di DKI Jakarta akan terus buruk sepanjang hari ini. Peningkatan kualitas udara diprediksi baru akan terjadi pada Sabtu dini hari nanti, itu pun masih dalam kategori moderat. AirVisual sendiri merupakan situs penyedia kualitas udara dan polusi harian kota-kota besar di dunia.