TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menanggapi ihwal pernyataan Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri soal polusi udara yang mengkhawatirkan di ibu kota. Menurut Anies, masalah kualitas udara di Jakarta, tidak bisa lepas dari keseluruhan wilayahnya.
"Jadi kalau kualitas udara itu tidak ditentukan oleh batas daerah satu kawasan saja. Bahkan kalau nanya kualitas udara lihatnya (Pulau) Jawa," kata Anies di Balai Kota DKI, Kamis, 29 Agustus 2019.
Anies menuturkan jika melihat data dari Air Visual, maka yang harus dilihat adalah data keseluruhan Pulau Jawa. Sebab, jika dilihat secara keseluruhan maka kualitas udara akan terlihat naik dan turun bukan hanya di satu titik saja.
Melainkan, Anies berujar, kualitas udara naik dan turun di sebuah kawasan yang cukup luas.
"Bahkan mulai dari Jabar, Jatim anda akan lihat bentangan kualitas udaranya reatif berimbang. Jadi bukan hanya satu tempat saja tapi ruas relatif rata."
Menurut Anies, jika seseorang ingin mengomentari kualitas udara di Jakarta mesti melihat faktanya melalui data-data yang terpampang secara keseluruhan.
"Jadi sebaiknya kalau ada komentar tentang kualitas Jakarta bukan dijawab gubernur, tapi oleh fakta. Lihat data dari situ nanti akan terlihat."
Berdasarkan pemantauan AirVisual, kualitas udara DKI Jakarta beberapa kali menjadi yang terburuk di dunia. Pemakaian mobil listrik diharapkan bisa mengurangi emisi hingga 30 persen.
Dinas Lingkungan Hidup Jakarta menilai 75 persen penyebab polusi udara di Jakarta adalah transportasi, sisanya industri dan domestik. Itu sebabnya pengurangan polusi fokus pada transportasi.
Hal itu mendapatkan sorotan dari Megawati. Ketua Umum PDI Perjuangan itu menyarankan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berkoordinasi dengan pemerintah pusat guna mencari solusi polusi udara.
Megawati juga menyatakan bahwa kalaupun nanti Jakarta tidak lagi menjadi Ibu Kota Indonesia, masalah polusi harus tetap diselesaikan.