TEMPO.CO, Tangerang - Sebanyak 14 orang santri Pondok Pesantren Nurul Hikmah di Desa Kampung Bugel, Desa Pangadegan, Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang menjalani perawatan di puskesmas setempat karena diduga keracunan limbah B3.
"Mereka mengeluh mual dan pusing setelah menghirup udara di sekitar," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, Hendra Tarmizi, Kamis, 29 Agustus 2019.
Sampai Kamis petang, Hendra mencatat jumlah korban berjumlah 14 orang. "Dirawat di Puskesmas Pasar Kemis 11 orang, 3 orang sudah pulang atas permintaan kelurga," kata dia.
Menurut Hendra, keluhan utama belasan santri itu sesak nafas, pusing mual dan muntah. Saat kejadian para santri sedang kegiatan mengaji di luar kamar pada Rabu malam pukul 20.30. "Keluhan yang dirasakan santri secara bergantian dalam waktu singkat," ujarnya.
Dari hasil pemeriksaan sementara, kata Hendra, disimpulkan rata-rata para santri baru masuk pesantren dan kebanyakan ada riwayat alergi serta menderita asma. Selain itu, saat tim surveilans, tim kesehatan keliling, P2P dan bidan desa ke lokasi, didapatkan keterangan dari warga sekitar bahwa pada Rabu malam ada bau yang sangat menyengat tertiup angin dan kemungkinan sumber bau dari limbah pabrik yang dialirkan ke sungai.
"Dan saat dilakukan kunjungan ke sungai tersebut didapati air hitam pekat berminyak seperti oli dan berbau menyengat," kata Hendra. Di sekitar daerah tersebut terdapat pabrik limbah dan pabrik kimia.
Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang Budi Khumaedi mengatakan telah menurunkan tim ke lapangan untuk melakukan investigasi mengenai dugaan keracunan limbah B3 itu. Tim yang turun telah mengambil sampel air bersih di sekitar lokasi dan pengambilan sampel udara.
Budi mengakui memang ada beberapa pabrik yang berjarak dua kilometer dari permukiman warga dan pondok pesantren itu. "Tapi kalau dugaan karena limbah B3 yang terhirup, mengapa warga yang tinggalnya lebih dekat tidak mengalami keracunan, tentunya banyak faktor yang menjadi penyebab dan ini perlu kami dalami lagi," kata dia.