TEMPO.CO, Jakarta -Ratusan pencari suaka yang masih bertahan di panampungan eks kodim, Jalan Bedugul, Kalideres, Jakarta Barat menjalani hari-hari berat.
Mereka kini terpaksa mandi dan nyuci di WC umum. Hal itu dilakukan karena mereka sudah tidak mendapatkan lagi bantuan makan, minum dan air dari Pemprov DKI Jakarta.
Fatimah, seorang pencari suaka asal Afganistan mengaku terpaksa pergi mandi dan nyuci baju di WC umum Terminal Kalideres. "Iya mau tidak mau saya harus pergi mandi dan nyuci di WC umum," kata Fatimah saat di temui di penampungan, Jumat, 6 September 2019.
Fatimah menyebut untuk mandi dan nyuci di WC umum dia harus membayar Rp 3-5 ribu dalam sekali mandi. Itupun kata dia mandi dan nyuci dalam seminggu paling sering tiga kali.
Karena kalau setiap hari mandi di WC umum dia mengaku tidak memiliki uang untuk bayar. "Bagaimana saya bisa mandi dua kali sehari saya tidak cukup uang, sehari saja alhamdulillah," ujar Fatimah.
Hal senada juga dikaui oleh Sultan pencari suaka asal Afganistan. Ia mengaku dalam seminggu hanya bisa mandi dan nyuci dua kali saja.
"Di dalam sudah tidak air, kalau ada itu untuk mandikan anak saja. Kalau kita mandi di WC umum," ujarnya di depan penampungan eks kodim.
Bapak dua anak itu menyebut semenjak tinggal di penampungan dia tidak pernah bisa mandi di penampungan. Menurut dia air di penampungan tidak cukup untuk mandi bagi orang dewasa dan tempat mandi pun tidak disediakan.
"Di dalam cuma toilet, mana ada tempat mandi. Di sini orang banyak kalau mandi tidak cukup," ujarnya.
Sampai hari ini, sekitar 500 pencari suaka masih bertahan di penampungan eks Kodim. Tempo melihat beberapa pencari suaka menuju WC umum Terminal Kalideres. Mereka menenteng kresek merah yang berisi pakaian untuk dicuci.
Sementara di lokasi penampungan sudah tidak ada air sama sekali baik untuk minum maupun nyuci atau mandi. Walaupun tersedia dua tong air namun tidak pernah terisi sejak satu bulan lalu. Selain itu dua mesin pompa air juga tidak berfungsi karena tidak ada aliran listrik yang tersedia.
Adapun air bersih di sebuah mushola di kompleks itu sering tidak mengalir sama sekali.
Sebelumnya sejak 31 Agustus 2019, Pemprov DKI telah menghentikan bantuan untuk para pencari suaka di penampungan eks Kodim. Pemerintah menyebut sudah tidak memiliki biaya lagi untuk menanggung para pencari suaka tersebut.