TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak delapan minibus bergerak meninggalkan tempat penampungan pencari suaka di bekas gedung Kodim, Kalideres, Jakarta Barat, pada Senin 2 September 2019. Bus-bus itu mengangkut 150-an pencari suaka yang telah didata dan menerima uang dari Badan PBB yang mengurusi pengungsi UNHCR.
Tempo berusaha mengikuti pergerakan satu bus secara langsung dan memantau beberapa yang lain dengan cara menggenggam nomor kontak pengemudinya. Beberapa pertanyaan menganga tentang nasib para pencari suaka itu pasca Pemerintah DKI menghentikan menyediakan fasilitas di gedung itu dan meminta mereka pindah.
Proses pendataan dan 'membekali' uang Rp 1,0-1,6 juta itu sendiri telah berlangsung beberapa hari sebelumnya. Pada Senin itu, dari semula seribu lebih jumlah pencari suaka yang ditampung di tempat itu telah menyusut sekitar separonya.
Satu bus yang Tempo ikuti secara mengejutkan berhenti tak jauh dari lokasi mereka bertolak. Tepatnya ketika bus menginjak kawasan jalan raya. Beberapa penumpangnya lalu turun membawa beserta barang-barangnya.
Muhammad Ali asal Afganistan ada di antaranya. "Kami sudah terima uangnya tadi dan kami mau cari kosan di sini saja (Kalideres)," katanya saat ditemui. Ali mengungkap rencana kembali ke lokasi penampungan kalau batal dikosongkan. "Biar cepat dapat imformasi lagi nanti kalau dekat sini," ujarnya.
Anak-anak para pencari suaka di penampungan menunggu air untuk minum karena sudah tidak ada lagi bantuan dari UNHCR. Jumat, 6 September 2019. TEMPO/Muh Halwi.
Jadilah sambil menenteng barang-barangnya, Ali dan tujuh orang temannya mencari tempat kos di sekitar Kalideres. Mereka sengaja mencari kos di sekitar Kalideres karena mengaku sebelumnya sudah lama tinggal di kawasan itu.
Informasi dari sopir bus lainnya menyebut sebagian pencari suaka mengarah ke Serpong, Tangerang Selatan. "Yang ke Tebet, beda mobil. Tadi saya antar ke kedua tempat, sama-sama di BSD Summarecon dan masing-masing ke rumah saudaranya," katanya tanpa bersedia dikutip namanya.
Adapun pencari suaka yang ke Bogor setelah menerima uang bantuan dari UNHCR di depan penampungan, mereka pulang menggunakan kereta komuter. Dari depan penampungan sejumlah pencari suaka yang menuju Bogor memesan taksi online menuju stasiun terdekat.
Pada hari itu sekitar 150 pencari suaka berhasil dipindahkan dari penampungan. Namun beberapa menolak karena merasa dibohongi oleh UNHCR. Sampai hari ini, Jumat, 6 September 2019 sekitar 500 pencari suaka menolak dipindahkan dan masih bertahan di penampungan.