TEMPO.CO, Jakarta - Gaper, warga Menteng Tenggulun, Jakarta Pusat meminta polisi mengusut tuntas pelaku tawuran Manggarai yang terjadi beberapa hari lalu. Akibat tawuran itu, bocah yang masih berusia di bawah umur tersebut harus menderita luka bacokan di sekujur tubuhnya.
"Di tangan kiri, jari, sama punggung itu kena (bacok) semua. Luka robek sampai harus dijahit," ujar Gaper saat ditemui Tempo di kediamannya, Sabtu, 7 September 2019.
Dengan tangan kiri yang masih terbungkus perban, Gaper menceritakan kronologis kejadian tawuran di kampungnya. Ia menjelaskan tawuran terjadi pada Selasa sore, 3 September 2019. Saat itu, Gaper menyaksikan segerombolan anak muda menyerang kampungnya dari arah Jalan Sultan Agung menggunakan petasan dan senjata tajam.
Saat itu, para pedagang yang tengah berjualan di depan jembatan Jayakarta berhamburan masuk ke perkampungan Menteng Tenggulun karena diancam akan dibacok oleh sekelompok pemuda. Melihat kampungnya diserang, Gaper dan warga lainnya berusaha menyerang balik kelompok yang diduga berasal dari Jalan Saharjo 1 itu.
Saling serang menggunakan senjata tajam dan batu antardua kelompok lalu terjadi di atas jembatan Jayakarta. Saat itu, Gaper yang berada di barisan paling depan terkena sabetan senjata tajam di tangan kiri. Melihat Gaper tersungkur, massa dari Saharjo 1 semakin ganas dan menghujani banyak bacokan ke tubuhnya.
Beruntung, tubuh Gaper masih bisa dievakuasi oleh warga Menteng Tenggulun. Ia lalu dilarikan ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dalam keadaan kritis. Di sana, Gaper mendapatkan transfusi darah dan menjalani operasi untuk menutup luka bacokannya. "Habis Rp 25 juta, termasuk rawat inap 4 hari," kata Rizky Ramadhan, kakak Gaper.
Rizky menjelaskan adiknya menjalani pengobatan tanpa menggunakan dana BPJS. Seluruh dana perawatan Gaper, ia peroleh dari hasil patungan warga sekitar.
Kini, setelah adiknya keluar dari RSCM, Rizky belum mengetahui penyebab dari tawuran itu. Ia tak mengerti motivasi warga yang menyerang kampungnya tersebut hingga sang adik menjadi korban dan hampir tewas.
"Penyebab tawuran kemarin saya sama sekali enggak tahu. Kami merasa enggak ada masalah apa-apa," kata Rizky yang orangtuanya adalah ketua RT setempat.
Rekaman tawuran warga di rel Stasiun Manggarai. Twitter.com/@Suparjohy
Tawuran di Manggarai tak hanya terjadi pada hari Selasa sore saja. Novianti, warga Jalan Saharjo 1 menuturkan tawuran itu berlanjut pada Selasa pukul 23.00 di perlintasan kereta api Manggarai. Novi menuturkan akibat tawuran pada malam hari itu, dua rumah warga ringsek dan seorang petugas satpam Stasiun Manggarai terluka. "Laptop sama handphone dia juga ilang dijarah sama pelaku tawuran itu," ujarnya.
Tawuran paling besar terjadi pada Rabu, 4 September 2019. Saat itu tawuran hingga mengakibatkan power supply kereta yang sedang berhenti dekat Stasiun Manggarai terbakar karena terkena lemparan batu. Beruntung tak ada korban jiwa dari pengguna KRL.
Selain itu, Kepolisian Resor Jakarta Selatan telah mengamankan 13 orang pelaku tawuran Manggarai. Ke-13 orang itu polisi ciduk di rumahnya masing-masing pada Kamis malam setelah mendalami laporan warga soal pelaku tawuran. Hingga kini, beberapa pihak menduga tawuran di Manggarai dipicu dendam lama antarwarga dan peredaran narkoba.