Terakhir, kata dia, seorang donatur mengisi token daya meteran listrik itu senilai Rp 400 ribu.
“Kami hanya pakai untuk mengisi baterai telefon seluler dan kipas angin. Kalau lampu memang tidak bisa menyala. Setiap malam gelap gulita,” kata Sadiq yang sudah berada di Indonesia selama enam tahun.
Mereka pun harus memanfaatkan toilet umum yang berada di sekitar area gedung eks Kodim untuk mandi atau buang air.
Para pencari suaka tersebut kembali ke bekas gedung Kodim sejak sepekan terakhir. Mereka rata-rata mengaku kehabisan uang karena hanya diberikan bantuan sebesar Rp 1,3 juta oleh UNHCR untuk hajat hidup selama sebulan.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun akhirnya kembali memperbolehkan mereka kembali menempati gedung tersebut setelah sebelumnya mereka diminta hengkang.
Kepala Badan Kesbangpol DKI Taufan Bakri menyatakan kebijakan itu dibuat setelah Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta DKI Jakarta tak mengusir para pencari suaka sebelum pemerintah pusat medan UNHCR mencari solusi terbaik.
Meskipun demikian, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tak akan kembali memberikan bantuan makanan dan minuman yang sudah mereka hentikan sejak akhir Agustus lalu. UNHCR pun sempat memberikan bantuan sebesar Rp 1,3 juta per kepala keluarga untuk biaya hidup.