TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin, menganjurkan umat Islam di Indonesia, melaksanakan salat gaib atas wafatnya Presiden RI ke-3 BJ Habibie. Habibie wafat di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, pada Rabu 11 September 2019.
"Khususnya yang berada di pelosok-pelosok daerah untuk menunaikan salat ghaib. Apakah besok bahkan juga pada hari Jumat selesai salat Jumat untuk ikut mendoakan almarhum semoga arwahnya diterima Allah SWT," kata Din Syamsuddin di kediaman BJ Habibie di Jalan Patrajasa XIII, Kuningan, Jakarta Selatan.
Menurut Din, Habibie merupakan anak bangsa yang berjasa besar bagi pembangunan di Indonesia. Terutama di bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Beliau mampu mengembangkan high tech. Selama kepemimpinan Presiden Habibie walaupun singkat bisa melahirkan sejumlah undang-undang yang berharga khususnya bagi konsolidasi reformasi Indonesia."
Bahkan, secara khusus, Din berujar, mengenang Habibie sebagai salah satu pendiri dan ketua umum pertama Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia. Selain itu, Habibie juga bisa menjadi motivator kebangkitan intelektual Islam di Indonesia.
"Habibie sosok penting intelektual Islam bagi Indonesia," ucapnya.
Wafatnya Habibie membuat kehilangan semua rakyat Indonesia. Bahkan, kepergian Habibie juga membuat kehilangan bagi sebagian warga dunia khususnya umat Islam.
"Beliau diakui juga sebagai pemimpin dunia Islam," ucapnya. "Semoga amal jariyah diterima di sisi Allah."
Menurut dia, kebijakan pemerintah menetapkan sebagai hari berkabung atas wafatnya Habibie sangat tepat. Ia berharap rakyat Indonesia ikut memasang bendera setengah tiang sebagai simbol duka cita atas kepergian Habibie.
"Marilah kita lakukan itu dan mendoakan menurut keyakinan masing-masing," ujarnya.
Habibie wafat pada usia 83 tahun setelah menjalani perawatan di ruang ICU Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto Jakarta Pusat Sejak Senin lalu. Dia meninggal karena penurunan fungsi tubuh dan gagal jantung.
BJ Habibie merupakan Presiden Indonesia saat transisi dari Orde Baru ke era Reformasi. Dia menggantikan Soeharto yang saat itu dipaksa mengundurkan diri.
Semasa hidupnya, BJ Habibie juga pernah menjabat berbagai jabatan penting seperti CEO Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) hingga Menteri Riset dan Teknologi sebelum akhirnya mendampingi Soeharto sebagai wakil presiden pada 1998.